5 Fakta Kisah Perjuangan Fanny Kondoh yang Tengah Hamil Usai Suami Tutup Usia Lawan Kanker

HAIJAKARTA. ID – Cinta sejati sering kali diuji dalam situasi paling sulit, seperti yang dialami Fanny Kondoh, kreator konten yang tengah berjuang mewujudkan impian mendiang suaminya, Hajime Kondoh, mantan Presiden Direktur Marugame Udon.
Kisah mereka bukan sekadar tentang perjalanan cinta dua insan dari latar belakang berbeda, tetapi juga tentang ketulusan, pengorbanan, dan harapan yang melampaui batas kehidupan.
Pertemuan pertama mereka di tahun 2015 saat Fanny masih bekerja sebagai kasir di Marugame Udon menjadi awal dari kisah yang penuh lika-liku.
5 Fakta Kisah Perjuangan Fanny Kondoh yang Tengah Hamil Usai Suami Tutup Usia Lawan Kanker
Inilah 5 fakta tentang kisah perjuangan Fanny Kondoh, istri Presdir Marugame Udon:
1. Berawal dari pertemuan di tempat kerja
Fanny pertama kali bertemu Hajime Kondoh pada tahun 2015 saat bekerja sebagai kasir di Marugame Udon, tempat di mana Hajime menjabat sebagai Presiden Direktur.
Hubungan mereka berkembang hingga akhirnya menikah.
2. Berjuang memiliki anak di tengah keterbatasan waktu
Ketika Hajime divonis dokter hanya memiliki sisa hidup enam bulan, ia sangat berharap bisa memiliki anak.
Meski sempat ragu, Fanny akhirnya menuruti keinginan sang suami dan menjalani program embrio transfer dengan kejar waktu karena aturan yang melarang prosedur tersebut jika salah satu pasangan telah meninggal dunia.
3. Proses embrio transfer yang penuh haru
Di tengah kondisi Hajime yang dirawat, Fanny menjalani proses embrio transfer seorang diri.
Dokter yang menangani bahkan sempat berpesan, “Bismillah semoga kamu gantiin papamu ya jagain mama.”
Momen itu begitu emosional bagi Fanny karena suaminya tengah berjuang melawan sakitnya di ruang perawatan.
4. Pesan terakhir sang suami sebelum meninggal
Menjelang kepergiannya, Hajime sempat menyentuh perut Fanny dan berdoa, “Ya Allah lindungilah anak dan istriku. I’m okay if I have to go, but protect my wife and my baby.”
Padahal saat itu, kehamilan Fanny belum dipastikan karena baru seminggu pasca transfer embrio.
5. Nama anak yang telah dipersiapkan Hajime
Meski belum tahu apakah Fanny akan hamil, Hajime telah menyiapkan nama untuk buah hati mereka.
Nama itu adalah Kazuki, yang dalam bahasa Jepang berarti “ketenangan” dan “kebahagiaan bagi semua orang.”
Nama tersebut menjadi simbol cinta dan harapan Hajime bagi keluarganya.
Kisah Fanny Kondoh ini bukan sekadar tentang kehilangan, tetapi juga tentang harapan, cinta yang tak terbatas, dan keteguhan seorang istri untuk memenuhi permintaan terakhir suaminya.
Fanny berharap kisahnya dapat memberikan inspirasi dan kekuatan bagi banyak orang yang tengah menghadapi situasi serupa.