685 Penari Tarian Burung Raja Udang Pecahkan Rekor MURI di Festival Marunda 2025

HAIJAKARTA.ID – Festival Marunda 2025 sukses menyedot perhatian publik dengan pertunjukan kolosal Tarian Burung Raja Udang yang melibatkan 685 penari.
Digelar di Rusunawa Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, perhelatan budaya ini mencatat sejarah dengan dianugerahi penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) pada Minggu (27/7).
Kepala Unit Pengelola Rusun Marunda, Burhanudin, menyampaikan rasa syukur atas keberhasilan acara tersebut.
“Alhamdulillah, Festival Marunda tahun ini berjalan dengan meriah. Jumlah partisipasi meningkat dan kolaborasi semakin kuat dibanding tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya, Senin (28/7).
Kolaborasi Lintas Sektor Jadi Kunci
Persiapan panjang dan koordinasi intens antar berbagai pihak menjadi kunci sukses festival. Burhanudin menekankan bahwa capaian ini bukan hanya hasil kerja Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) dan warga, tetapi juga kolaborasi lintas sektor seperti Kementerian PPPA, SKPD, UKPD, LSM, NGO, hingga komunitas seni Jakarta Utara.
“Kalau hanya warga dan UPRS saja yang terlibat, tentu tidak akan semeriah ini,” tegasnya.
Dari total 685 penari, 86 di antaranya merupakan anak-anak penghuni Rusun Marunda. Sisanya berasal dari komunitas teater anak di wilayah Jakarta Utara yang dibina oleh Suku Dinas Kebudayaan.
Festival Jadi Motor Ekonomi Warga Rusun
Lebih dari sekadar ajang budaya, Festival Marunda juga dirancang sebagai wadah kreatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mikro masyarakat. Berbagai kegiatan digelar, termasuk bazar UMKM yang membuka peluang warga untuk menambah penghasilan.
“Harapannya, warga bisa meningkatkan ekonomi keluarga sehingga dapat membayar sewa rusun tepat waktu, bahkan memiliki rumah sendiri di masa depan,” kata Burhanudin.
Momen Perayaan Budaya dan Lingkungan
Festival tahun ini terasa lebih spesial karena bertepatan dengan momentum menuju lima abad Jakarta, peringatan Hari Anak Nasional, dan Hari Mangrove Internasional.
Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekda DKI Jakarta, Afan Adriansyah Idris, menilai Festival Marunda sebagai “ruang bersama” yang memperkuat kesadaran budaya, lingkungan, dan pemberdayaan kelompok rentan, terutama perempuan dan anak.
“Rusunawa Marunda dihuni lebih dari 9.000 warga, mayoritas perempuan dan anak-anak. Festival ini penting sebagai sarana pemberdayaan mereka,” kata Afan.
Ia juga menyoroti potensi lokal Marunda yang bisa diangkat lewat festival, seperti kerajinan batik, budidaya mangrove, wisata alam Pantai Marunda, hingga situs bersejarah Rumah Si Pitung.
“Ke depan, kami berharap Festival Marunda bisa menjadi agenda tahunan untuk mempererat solidaritas warga sekaligus mendongkrak kunjungan wisata ke wilayah ini,” tutupnya.