IHSG Anjlok Parah 2,51%, Dana Asing Kabur Keluar Hingga Saham Menjerit Tertekan, Dirut BEI Terus Berupaya

HAIJAKARTA.ID – IHSG anjlok pada hari ini pada sesi pertama perdagangan Jumat (28/2/2025), hal ini membuat seluruh sektor saham menjerit tertekan.
Berdasarkan pantauan Haijakarta.id IHSG anjlok 2,51% ke posisi 6.322,41 pada pukul 15.13 WIB di pekan ini.
Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 6.485,44 dan level terendah 6.292,31. Sebanyak 541 saham memerah sehingga bebani IHSG.
Kata Dirut BEI Soal IHSG Anjlok
Seluruh sektor saham memerah, bahkan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, buka-bukaan soal sentimen yang mempengaruhi melemahnya IHSG hingga 4,67% dalam sepekan terakhir.
Iman mengatakan, terdapat berbagai faktor global dan domestik yang berkontribusi terhadap tekanan pasar.
Kebijakan tarif perdagangan dan suku bunga Amerika Serikat (AS) turut mempengaruhi keluarnya aliran dana asing dari pasar saham Indonesia.
Suku bunga AS yang tetap tinggi membuat investor lebih memilih aset dengan risiko rendah dibandingkan saham di emerging markets.
Iman juga menyoroti adanya tren investor asing yang membubarkan barisannya di pasar saham Indonesia. Tercatat pada (27/2), investor asing mencatatkan net sell hampir Rp 19 triliun secara year to date (YtD) atau sejak awal 2025.
Sisi domestik juga mempengaruhi dengan adanya perubahan komposisi investor yang turut menjadi tantangan bagi pergerakan IHSG.
Akibatnya, kinerja IHSG merosot sebagaimana terjadi pekan ini. Akan tetapi, nilai transaksi IHSG mengalami peningkatan.
Munculnya aksi jual bersih ini akibat dari ketidakpastian ekonomi global seiring berjalannya pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Menurut Iman, perang tarif yang dilakukan AS terhadap sejumlah negara mendorong investor asing menarik dananya dari pasar modal dalam negeri.
Ini Kata Analis
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pelemahan IHSG ini diperkirakan imbas dari pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang saat ini sudah mencapai 16.565.
“Di sisi lain pelemahan IHSG ini juga diakibatkan melemahnya emiten-emiten perbankan bigcaps, dimana kinerja BBRI pada Januari 2025 kurang baik tercatat net profit bank only melemah 58% YoY,” ujar Herditya.
Selain itu, dari sisi global adanya kekhawatiran investor kembali meningkat setelah AS berencana menerapkan tarif impor untuk Kanada, Meksiko dan China.