Arti Kepanjangan dari Mudik Lengkap Beserta Tradisinya di Indonesia, Begini Awal Mulanya!
HAIJAKARTA.ID – Tradisi mudik sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, terutama menjelang hari besar keagamaan dan libur panjang.
Namun, masih banyak yang bertanya-tanya mengenai arti kepanjangan dari mudik serta asal-usul istilah yang kerap digunakan saat musim pulang kampung tiba.
Mudik bukan sekadar aktivitas perjalanan, melainkan memiliki makna historis, sosial, dan budaya yang kuat dalam kehidupan masyarakat perantau di Indonesia.
Arti Kepanjangan dari Mudik Menurut Sejarah dan Bahasa
Mengutip situs Indonesia Baik milik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), arti kepanjangan dari mudik berasal dari istilah Jawa mulih dilik, yang berarti pulang sebentar.
Istilah ini merujuk pada kebiasaan masyarakat yang kembali ke kampung halaman dalam waktu singkat sebelum kembali merantau.
Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan mudik sebagai kegiatan pergi ke udik atau pedalaman, serta pulang ke kampung halaman.
Makna ini menegaskan hubungan erat antara mudik dan aktivitas kembali ke daerah asal.
Penjelasan lain disampaikan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM). Secara etimologis, mudik berasal dari kata udik dalam bahasa Melayu yang berarti hulu atau ujung sungai.
Antropolog UGM Prof Heddy Shri Ahimsa-Putra menjelaskan, “Berasal dari bahasa Melayu, udik. Konteksnya pergi ke muara dan kemudian pulang kampung. Saat orang mulai merantau karena ada pertumbuhan di kota, kata mudik mulai dikenal dan dipertahankan hingga sekarang saat mereka kembali ke kampungnya.”
Dari berbagai penjelasan tersebut, arti kepanjangan dari mudik tidak hanya merujuk pada perjalanan fisik, tetapi juga menggambarkan ikatan emosional antara perantau dan kampung halaman.
Makna Sosial Mudik bagi Masyarakat Indonesia
Mudik memiliki makna yang lebih luas dibanding sekadar pulang kampung. Kegiatan ini menjadi sarana mempererat hubungan keluarga, berbagi hasil jerih payah selama merantau, serta mengingat kembali asal-usul daerah.
Bagi banyak perantau, mudik juga menjadi momen jeda dari tekanan hidup di kota. Libur panjang yang menyertai tradisi ini dimanfaatkan untuk beristirahat, berkumpul dengan keluarga besar, dan memperkuat nilai kebersamaan.
Tak heran jika arti kepanjangan dari mudik kemudian berkembang sebagai simbol kerinduan, kebersamaan, dan identitas sosial masyarakat Indonesia.
Asal-usul Tradisi Mudik di Indonesia
Menurut Kementerian Perhubungan, tradisi mudik mulai menguat sejak era 1970-an. Pada periode tersebut, arus urbanisasi ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya meningkat pesat.
Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Prof Purnawan Basundoro, menilai fenomena mudik berkaitan erat dengan perpindahan penduduk pascakemerdekaan.
“Ini mungkin setelah kemerdekaan, setelah banyak orang mencari pekerjaan di kota.
Mungkin tahun 1960-an hingga 1970-an, ketika Jakarta mulai didatangi orang dari berbagai desa,” ujarnya, dikutip dari Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur.
Seiring waktu, aktivitas pulang ke kampung halaman ini dikenal luas sebagai mudik.
Kini, arti kepanjangan dari mudik tidak lagi terbatas pada makna bahasa semata, tetapi telah menjadi tradisi sosial yang mengakar kuat dan dilakukan lintas generasi di Indonesia.

