sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa hampir 10 juta penduduk Indonesia dari gen Z berusia 15-24 tahun menganggur atau termasuk dalam kategori NEET (not in employment, education, and training).

Fenomena ini menjadi ancaman serius bagi upaya mencapai Indonesia Emas 2045, sebuah visi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju bertepatan dengan seratus tahun kemerdekaannya.

Menurut BPS, dari total pengangguran Gen Z, sebanyak 5,2 juta orang berada di daerah perkotaan, sementara 4,6 juta lainnya berada di pedesaan.

Generasi Z, yang mencakup mereka yang lahir antara 1997 hingga 2012, menjadi kelompok yang paling terdampak oleh ketidakcocokan antara pendidikan dan kebutuhan pasar tenaga kerja.

Penyebab Utama Pengangguran Gen Z

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menjelaskan bahwa banyak dari pengangguran muda ini adalah lulusan SMA/SMK dan perguruan tinggi.

“Mereka yang pengangguran itu kebanyakan adalah generasi Z ya. Mereka yang rentang usianya 18-24 tahun, yang selesai lulus SMA, SMK atau mereka lulus perguruan tinggi,” ungkap Ida, dikutip dari unggahan akun Instagram @jakartaterkini, Selasa (28/5/2024).

Ida menyoroti ketidaksesuaian antara pendidikan dan permintaan tenaga kerja sebagai faktor utama tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z.

“Ini tentu menjadi tantangan bagi kita semua karena ternyata kalau kita dalami data kita lulusan SMA/SMK, terutama SMK itu menyumbangkan pengangguran kita.

Kenapa terjadi begini? Karena di antaranya adalah tidak terjadi link and match,” ujar Ida.

Penurunan Lapangan Kerja di Sektor Formal

Selain masalah pendidikan, turunnya lapangan pekerjaan di sektor formal juga berkontribusi pada tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z.

Terdapat tren penurunan penciptaan lapangan kerja di sektor formal selama beberapa periode jika dikaji berdasarkan analisis data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS.

Pada periode 2009-2014, lapangan kerja di sektor formal menyerap 15,6 juta orang.

Namun, jumlah ini menurun menjadi 8,5 juta orang pada periode 2014-2019, dan kembali merosot pada periode 2019-2024 menjadi hanya 2 juta orang.

“Hal ini menunjukkan bahwa peluang masuk pasar kerja formal di Indonesia kian sulit, termasuk oleh lulusan baru (fresh graduate),” tulis keterangannya.

Mengatasi masalah pengangguran Gen Z memerlukan langkah-langkah strategis.

Pemerintah dan sektor pendidikan harus bekerja sama untuk meningkatkan kesesuaian antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.

Program pelatihan vokasional yang lebih relevan dan peningkatan akses ke lapangan kerja formal juga menjadi prioritas.

Sebagai bagian dari visi Indonesia Emas 2045, memaksimalkan potensi bonus demografi melalui pemberdayaan generasi muda adalah kunci.

Langkah ini akan memastikan bahwa generasi Z tidak hanya menjadi penerima manfaat dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjadi penggerak utama dalam mencapai kemajuan bangsa.