Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA.ID- Penasaran apa itu NJOPTKP? Nah, para pemilik properti di Jakarta sepertinya harus tahu mengenai NJOPTKP ini.

NJOPTKP merupakan kepanjangan dari Nilai Jual Objek Pajak Tahunan Kena Pajak.

Ketentuan dari NJOP ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.07/2018 tentang Pedoman Penilaian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, sebagai peraturan perubahan dari PMK itu sendiri.

Apa Itu NJOPTKP?

NJOPTKP sendiri merupakan nilai dasar yang digunakan dalam perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Setiap properti di Jakarta memiliki NJOPTKP yang berbeda, tergantung pada lokasi, jenis properti, dan luas tanah yang dimiliki.

Pemilik properti di Jakarta wajib tahu tentang NJOPTKP karena nilai ini menjadi ketentuan dasar untuk menghitung kewajiban PBB yang harus mereka bayar setiap tahun.

Besarannya tergantung pada keputusan Pemerintah Kota Jakarta dan bisa berubah dari tahun ke tahun sesuai dengan peraturan peemrintah yang berlaku.

NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tahunan Kena Pajak) memiliki hubungan yang sangat penting dengan pemilik properti, terutama di Ibukota Jakarta dan daerah lain di Indonesia yang menerapkan sistem Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Hubungan NJOPTKP dengan Pemilik Properti

Berikut penjelasan mengenai  poin penting hubungan NJOPTKP dengan pemilik properti:

1. Dasar Perhitungan PBB

NJOPTKP digunakan sebagai dasar untuk menghitung besarnya PBB yang harus dibayarkan oleh pemilik properti setiap tahunnya.

Pemilik properti harus membayar PBB berdasarkan persentase tertentu dari NJOPTKP properti mereka.

2. Penetapan oleh Pemerintah

NJOPTKP ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setiap tahun untuk setiap jenis properti (rumah, apartemen, ruko, dll.) berdasarkan lokasi dan luas tanah.

Nilai ini bisa berbeda-beda antar wilayah di Jakarta atau antar jenis properti.

3. Perubahan Nilai

NJOPTKP dapat mengalami perubahan dari tahun ke tahun tergantung pada kebijakan Pemerintah Daerah.

Oleh karena itu, pemilik properti perlu memantau dan mengikuti informasi terbaru terkait perubahan NJOPTKP untuk mengantisipasi perubahan biaya PBB yang akan dikenakan.

4. Kewajiban Pembayaran PBB

Pemilik properti harus membayar PBB sesuai dengan NJOPTKP yang berlaku. Jika NJOPTKP naik, maka kewajiban PBB juga akan meningkat.

Demikian juga sebaliknya jika NJOPTKP turun kewajiban pembayaran PBB pun ikut turun. Biasanya dijadikan sebagai patokan pembayaran.

5. Perhitungan Akurat

Mengetahui NJOPTKP dengan tepat sangat penting agar pemilik properti dapat melakukan perhitungan PBB secara akurat dan menghindari masalah seperti sanksi atau denda karena kesalahan dalam pembayaran.

Manfaat NJOPTKP untuk Pemilik Properti

Pemilik properti juga harus paham mengenai manfaat dai adanya NJOPTKP itu sendiri. NJOPTKP sendiri memiliki banyak manfaat terutama dalam konteks perpajakan properti di Indonesia, termasuk di Jakarta.

Berikut adalah beberapa manfaat utama dari NJOPTKP:

1. Kepastian dan Keadilan

NJOPTKP ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setelah mempertimbangkan nilai pasar properti di wilayah tersebut.

Hal ini bertujuan untuk memberikan kepastian dan keadilan dalam penentuan jumlah PBB yang harus dibayar oleh pemilik properti.

2. Menghindari Sengketa

Dengan adanya NJOPTKP yang ditetapkan secara resmi, dapat mengurangi potensi sengketa antara pemilik properti dan pihak berwenang terkait penilaian properti untuk tujuan perpajakan.

3. Referensi Penilaian

NJOPTKP juga dapat digunakan sebagai referensi atau pedoman dalam penilaian properti untuk keperluan lain, seperti transaksi jual beli properti atau penyusunan anggaran perencanaan pembangunan.

4. Pemantauan dan Perubahan

Pemerintah Daerah secara rutin memantau dan meninjau NJOPTKP setiap tahunnya. Hal ini memungkinkan untuk penyesuaian nilai sesuai dengan perubahan kondisi pasar properti dan kebijakan pemerintah yang berlaku.

Muncul pertanyaan mengenai berapa besaran nilai NJOPTKP di Jakarta? Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2024, NJOPTKP di Jakarta ditetapkan sebesar Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) untuk setiap wajib pajak.