sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA.ID – Banyak yang penasaran apa sebenarnya arti dan makna Projo yang sedang viral saat ini.

Apa hubungan Projo dengan mantan Presiden RI Joko Widodo?

Arti Projo dalam Bahasa Sansekerta

Istilah Projo sering dikaitkan dengan relawan pendukung Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilihan Presiden 2014 dan 2019.

Namun, banyak yang belum mengetahui arti Projo dalam bahasa Sansekerta yang sebenarnya.

Belakangan, isu bahwa “Projo” adalah singkatan dari “Pro Jokowi” pun kembali mencuat, terutama setelah Kongres III Projo digelar di Jakarta pada 1-2 November 2025.

Dalam pertemuan tersebut, Budi Arie Setiadi kembali terpilih sebagai Ketua Umum Projo periode 2025-2030.

Ia menegaskan bahwa kabar hubungan yang renggang antara Projo dan Jokowi tidak benar. Menurutnya, organisasi ini lahir karena adanya sosok Jokowi yang dinilai sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat.

Organisasi ini baru saja menggelar Kongres III Projo di Jakarta pada Sabtu–Minggu, 1-2 November 2025.

Dalam kongres tersebut, Budi Arie Setiadi kembali terpilih menjadi Ketua Umum Projo untuk periode 2025–2028.

Awal Mula Organisasi Projo

Organisasi Projo resmi berdiri pada 23 Desember 2013.

Dalam buku Dari Kerumunan Membentuk Barisan (2017) karya David C. Corton, disebutkan bahwa relawan ini dengan cepat membangun basis dukungan di berbagai daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Bali, Kalimantan Timur, dan Jakarta.

Sejak awal, Projo bergerak di bidang sosial-politik dengan semangat kemandirian, gotong royong, dan partisipasi rakyat.

Bersama Bara JP dan Seknas, Projo termasuk dalam tiga relawan utama yang mendukung Jokowi pada Pilpres 2014.

Melalui unggahan media sosialnya, Budi Arie juga pernah menuliskan bahwa mencintai negeri berarti juga mencintai rakyatnya.

Ungkapan itu dianggap sebagai penegasan filosofi dari arti projo dalam bahasa Sansekerta dan makna sosialnya.

Budi Arie Tegaskan Hubungan Projo dan Jokowi Tak Pernah Putus

Di hadapan peserta kongres, Budi menegaskan kabar yang menyebut bahwa hubungan antara Projo dan Jokowi telah berakhir adalah hal yang tidak benar.

Menurutnya, Projo justru terbentuk karena keberadaan Jokowi yang dianggap sebagai pemimpin dari rakyat dan untuk rakyat.

Ia juga meminta agar media berhati-hati dalam menyampaikan pemberitaan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman publik.

“Kami harap tidak ada lagi pemberitaan yang menggiring opini negatif tentang hubungan Projo dan Presiden Jokowi,” ucapnya di hadapan peserta kongres.

Selain itu, Budi turut mengumumkan adanya perubahan logo organisasi. Menurutnya, pembaruan logo menjadi simbol transformasi Projo menghadapi tantangan zaman.

Logo lama yang menampilkan siluet wajah Jokowi akan diganti dengan desain baru yang lebih inklusif dan melibatkan partisipasi publik.

Bukan Singkatan “Pro Jokowi”

Dalam pembukaan Kongres III Projo pada Sabtu (1/11), Budi menjelaskan bahwa istilah projo berasal dari bahasa Sansekerta dan Jawa Kawi.

Ia menegaskan bahwa arti projo dalam bahasa Sansekerta adalah “negara” atau “negeri”, sedangkan dalam bahasa Jawa Kawi, projo bermakna “rakyat”.

“Jadi, projo bukanlah singkatan dari Pro Jokowi. Kata ini memang asli dari bahasa Sansekerta dan Jawa Kawi,” ujar Budi saat memberikan sambutan di Grand Sahid Jaya, Jakarta.

Menurutnya, makna tersebut memiliki filosofi mendalam karena menggabungkan arti “negara” dan “rakyat”. Artinya, anggota Projo adalah mereka yang mencintai negara sekaligus rakyatnya.