Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA.ID-  Asal usul Nama Rawa Buaya di Jakarta memang menarik untuk di bahas. Kawasan Rawa Buaya yang dahulu dikenal sebagai rawa air konon menjadi tempat berkumpulnya buaya liar.

Namun, asal usul namanya tidaklah sederhana, bagaimana sebenarnya? Berikut ini kisah lengkapnya mengenai asal usul nama Rawa Buaya di Jakarta:

Asal Usul Nama Rawa Buaya di Jakarta

Asal usul Nama Rawa Buaya di Jakarta menurut sejarawan setempat berasal dari nama “Rawa Buaya” yang merupakan gabungan dari  kata “Rawa” artinya menggambarkan geografis daerah tersebut yang berupa rawa, dan “Buaya” yang mengacu pada keberadaan buaya liar di daerah tersebut.

Kisah  keberadaan buaya ini merupakan bagian dari legenda lokal yang beredar di kalangan penduduk sejak zaman dahulu.

Seiring berjalannya waktu, kisah Rawa Buaya tak lagi sebatas keberadaan buaya liar. Beberapa versi sejarah juga menyebutkan bahwa nama tersebut mungkin terkait dengan migrasi orang dari pulau Luzon di Filipina pada akhir abad ke-5.

Menurut cerita, penduduk dari Luzon menetap di wilayah ini dan menyatu dengan penduduk asli, memberikan nama “Rawa Buaya” yang berasal dari bahasa Filipina, Marsh Buwaya.

Pada masa penjajahan Belanda, kawasan Rawa Buaya menjadi pusat perhatian karena letaknya yang dekat dengan Sungai Angke.

Sungai Angke sering meluap saat hujan deras. Akibatnya, buaya yang hidup di sungai menjadi ancaman bagi warga sekitar. Pemerintah kolonial Belanda bahkan mengeluarkan undang-undang khusus untuk pemusnahan buaya tersebut.

Namun, selain cerita tentang buaya, Rawa Buaya juga memiliki asal usul lain yang terkait dengan tokoh agama terkemuka, yakni Usman Perak.

Usman Perak dikenal sebagai tokoh yang mengajarkan agama Islam di wilayah ini, menjadikannya tempat penting dalam sejarah agama di Jakarta Barat.

Begitu banyak cerita dan legenda yang terkait dengan Rawa Buaya, membuatnya menjadi bagian penting dari warisan budaya Jakarta Barat. Meskipun zaman terus berubah, kenangan tentang masa lalu yang penuh warna di wilayah ini tetap hidup dalam cerita-cerita yang dituturkan dari generasi ke generasi.

Fakta Menarik Seputar Rawa Buaya Jakarta

Berikut beberapa fakta menarik lain seputar Rawa Buaya Jakarta yang bisa menambah wawasan kamu:

1. Sering Terjadi Banjir

Ilustrasi Banjir Rawa Buaya (Foto: Google.com)

Kelurahan Rawa Buaya, Cengkareng  sering mengalami bencana banjir. Maka dari itu pemerintah wilayah setempet membuat kampung tangguh. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka bentuk antisipasi banjir yang terjadi di wilayah Cengkareng. Sesuai dengan intruksi Gubernur DKI Jakarta, setiap wilayah yang memiliki proyek percontohan kampung tangguh bencana.

Wilayah kelurahan Rawa Buaya jadi salah satu kawasan rawan banjir di Jakarta Barat karena sering terdampak banjir akhirnya di tunjuk jadi salah satu kampung tangguh. Banijir dengan intensitas tinggi yang mencapai 1-2 meter.

Pemkot Jakarta Barat juga telah melakukan sejumlah upaya dalam mengatasi bencana banjir di wilayah Jakarta Barat. Upaya itu seperti membuat embung dan juga waduk pada titik wilayah, pengerukan waduk Bojong Indah, pembersihan saluran saluran primer, tersier, dan saluran induk. Personil simulasi kampun tangguh disiapkan mulai dari kelurahan dan kecamatan dilibatkan dalam keluarga ini.

2. Hutan Kota di Rawa Buaya, Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Barat

Ilustrasi Hutan Kota Rawa Buaya (Foto: Google maps)

Selain Huta di Kota Srengseng, Jakarta Barat memiliki ruang terbuka hijau yaitu Hutan Kota Rawa Buaya. Hutan Kota Rawa Buaya, saat ini dikelilingi hutan kota dengan luas 1,09 hektae dan dipagari pagar besi dan dinding beton.

Bagian dalam hutan kota sudah penuh berisi berbagai tanaman. Sebagian besar lahan hutan juga ditanami oleh berbagai pohon pelindung seperti mahoni dan pohon kenari. Selain itu, banyak tanaman produktif seperti jambu air, mangga, pohon rambutan. Tengah-tengah hutan ada kolam ikan cukup luas.

Nah, itu tadi asal usul nama Rawa Buaya di Jakarta dengan fakta-fakta menarik didalamnya. Dengan segala keunikan dan sejarahnya, Rawa Buaya tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Jakarta Barat.

Melalui cerita-cerita ini, kita dapat lebih memahami bagaimana sebuah nama dapat menggambarkan sejarah dan budaya sebuah wilayah, serta bagaimana peristiwa masa lalu dapat membentuk identitas sebuah komunitas.