Bunker Halaman Belakang Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Menteng Bikin Merinding, Usia Hampir 100 Tahun

HAIJAKARTA.ID – Siapa sangka, di tengah hiruk-pikuk Jakarta terdapat sebuah bunker halaman belakang Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang masih berdiri kokoh sejak era kolonial Belanda.
Meski usianya hampir satu abad, bunker ini disebut tidak pernah tergenang banjir sekalipun hujan deras mengguyur Ibu Kota.
Sejarah Panjang Bunker Halaman Belakang Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Lokasi bunker ini berada tepat di halaman belakang Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat.
Bangunan museum yang selesai dibangun pada 1931 itu dulunya milik Nederlands Levenzekerring Maatschappij (kini PT Asuransi Jiwasraya).
Awalnya, rumah tersebut disewakan untuk Konsulat Inggris, sebelum akhirnya dihuni oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda pada masa pendudukan Jepang.
Edukator museum, Paskasius Fajar, menjelaskan bahwa bunker tersebut difungsikan sebagai tempat persembunyian darurat saat masa perang.
“Siapa pun yang tinggal di rumah itu bisa masuk ke dalam bunker bila menghadapi bahaya, ancaman, atau kerusuhan,” ujarnya.
Kondisi Bunker
Bunker halaman belakang Museum Perumusan Naskah Proklamasi tidak terlalu besar.
Bagian dalamnya berukuran lebar sekitar dua meter, panjang lima meter, dan tinggi sekitar 160–165 cm.
Ruangan ini mampu menampung delapan hingga sepuluh orang sekaligus.
Untuk masuk, pengunjung harus menuruni tangga besi yang telah dipasang.
Sebelumnya tersedia tangga beton asli, namun kondisinya curam dan berbahaya.
Saat berada di dalam, suasana terasa gelap, lembap, dan kosong. Langit-langit bunker berbentuk segitiga dengan ventilasi udara di bagian atas.
Menariknya, meski Jakarta kerap diguyur hujan deras dan banjir, bunker tersebut tetap kering.
“Ventilasi maupun pintu masuknya selalu terbuka, tapi tidak pernah ada banjir. Paling hanya lembap saja karena serapan airnya bagus,” jelas Fajar.
Misteri Terowongan yang Tertutup
Di bagian ujung bunker halaman belakang Museum Perumusan Naskah Proklamasi terdapat sebuah lubang besar menyerupai pintu terowongan.
Sayangnya, akses itu kini sudah tertutup sehingga tidak bisa dijelajahi lagi. Belum diketahui secara pasti ke mana terowongan tersebut bermuara.
“Kalau soal terowongan, memang sudah ditutup sejak lama. Ada dugaan jalur itu digunakan untuk melarikan diri, kemungkinan besar menuju area terbuka. Tapi kepastian jalurnya masih belum diketahui,” tambah Fajar.
Dari Rumah Kolonial Jadi Museum Sejarah
Bangunan utama Museum Perumusan Naskah Proklamasi sendiri dirancang oleh arsitek JFL Blankenberg dan rampung pada 1931.
Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, gedung itu sempat dijadikan markas militer Inggris.
Kemudian, pada periode 1960–1980, bangunan digunakan sebagai rumah dinas Duta Besar Inggris.
Setelah masa sewanya berakhir, bangunan bersejarah ini dikembalikan ke pemerintah Indonesia.
Karena pernah menjadi lokasi penting perumusan naskah proklamasi, akhirnya rumah tersebut resmi dijadikan museum.