Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA.ID – Laporan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2022, sekitar 8,2% perempuan usia produktif di Indonesia memutuskan untuk tidak memiliki anak.

Fenomena ini, yang dikenal sebagai “childfree,” menggambarkan keputusan individu atau pasangan untuk tidak memiliki keturunan, baik melalui proses biologis maupun adopsi.

BPS mencatat bahwa ada sekitar 71 ribu perempuan di Indonesia yang memilih untuk hidup childfree.

Jakarta Jadi Provinsi yang Warganya Pilih Childfree Terbanyak se Indonesia

Berdasarkan data Susenas 2022, Pulau Jawa menjadi kawasan dengan angka childfree tertinggi, khususnya di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

Masing-masing provinsi mencatat lebih dari 10% perempuan usia produktif memilih tidak memiliki anak pada tahun tersebut.

Secara spesifik, Banten mencatat persentase tertinggi di Pulau Jawa dengan 15,3% perempuan yang memilih childfree.

Kondisi ini juga terjadi pada DKI Jakarta dan Jawa Barat, yang masing-masing melaporkan kenaikan signifikan dalam angka childfree.

Dalam empat tahun terakhir, angka di DKI Jakarta meningkat dari 8,8% menjadi 14,3%, sementara di Jawa Barat naik dari 7,8% menjadi 11,3%.

Peningkatan angka ini diduga berkaitan erat dengan paparan pola pikir modern yang lebih terbuka di wilayah perkotaan, yang memungkinkan perempuan untuk lebih mandiri dalam memilih jalan hidup.

Dampak Pandemi dan Tekanan Ekonomi

Munculnya pandemi COVID-19 turut memengaruhi tren childfree di Indonesia, terutama di DKI Jakarta dan Jawa Timur, yang mencatat peningkatan angka childfree pada tahun 2020.

BPS menduga pandemi menurunkan kemampuan finansial dan daya beli masyarakat, sehingga mendorong lebih banyak perempuan untuk mempertimbangkan opsi childfree sebagai upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi keluarga.

Pengaruh Pendidikan Tinggi terhadap Keputusan Childfree

Susenas juga menemukan bahwa perempuan dengan pendidikan tinggi, khususnya yang menempuh pendidikan hingga jenjang S2 atau S3, cenderung lebih sering menunda atau bahkan memutuskan untuk tidak memiliki anak.

Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor prioritas hidup, seperti mengutamakan karier dan perkembangan diri.

Meski begitu, sebagian besar perempuan childfree dilaporkan tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi, dan bagi yang bekerja, mereka umumnya berprofesi di sektor perdagangan.

Persepsi Masyarakat terhadap Childfree di Indonesia

BPS mencatat bahwa lebih dari 44% masyarakat memiliki pandangan netral mengenai childfree, sementara sekitar 8% mendukung keputusan ini.

Dukungan terhadap childfree ini mencerminkan adanya perubahan paradigma di masyarakat Indonesia, yang mulai menerima konsep keluarga tanpa anak sebagai salah satu pilihan hidup yang valid.

Bagi perempuan yang memilih childfree, terutama di tengah naiknya harga properti, kepemilikan rumah menjadi salah satu pencapaian penting.

Sebanyak 80% perempuan childfree dilaporkan sudah memiliki rumah sendiri, menunjukkan adanya peningkatan kemampuan finansial dan prioritas kemandirian.

Fenomena childfree di Indonesia ini mencerminkan perubahan besar dalam pola pikir masyarakat, terutama di daerah perkotaan.

Meskipun angka perempuan childfree saat ini masih minoritas, kecenderungan ini diprediksi akan terus berkembang seiring dengan perubahan nilai sosial dan ekonomi di Indonesia.