Dikira Bahagia, Wanita Asal Indramayu Jadi Korban Pengantin Pesanan di China

HAIJAKARTA. ID – Sugi Purnamawati (32), wanita asal Desa Jambak, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, berhasil lolos dari jeratan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) bermodus pengantin pesanan di China.
Kisahnya yang penuh perjuangan dan bahaya kini menjadi sorotan publik.
Awal Mula Wanita Asal Indramayu Jadi Korban Pengantin Pesanan di China
Sugi awalnya tergiur janji manis untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Ia direkrut melalui sebuah agensi dengan iming-iming pernikahan yang akan menyejahterakan keluarganya. Namun, kenyataan berkata lain.
Selama di China, Sugi diperlakukan tidak layak.
Ia tidak mendapatkan nafkah layaknya seorang istri, hanya diberi makan seadanya, dan kerap dipaksa melayani permintaan suaminya.
“Dia sering memaksa saya melakukan hal-hal yang tak saya inginkan. Jika menolak, saya diancam akan dilaporkan ke agensi,” ujar Sugi menceritakan pengalaman pahitnya.
Cekcok Jadi Awal Jalan Pulang
Situasi memanas ketika Sugi dan suaminya sering terlibat pertengkaran. Suaminya bahkan kerap mengusirnya dari rumah.
Saat musim dingin melanda, Sugi pernah ditinggalkan sendirian tanpa uang, makanan, bahkan penghangat ruangan disembunyikan.
Merasa hidupnya terancam, ia memberanikan diri untuk kabur.
“Saat itu sangat dingin, saya berpikir ini sudah berbahaya. Saya harus segera pergi,” kenang Sugi.
Perjalanan Kabur Penuh Ketegangan
Dengan bantuan temannya sesama Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Taiwan yang meminjamkan uang, Sugi menyewa taksi menuju bandara.
Perjalanan selama tujuh jam itu dilalui dengan perasaan was-was. Sopir taksi meminta beberapa kali bayaran tambahan, namun Sugi mengalah demi keselamatannya.
“Saya takut, tapi demi pulang ke Indonesia, apapun yang diminta sopir saya turuti,” katanya.
Proses di Bandara dan Kepulangan ke Indonesia
Setiba di bandara, rasa cemas belum sepenuhnya hilang. Sugi memilih tidak melapor ke pihak berwajib setempat dan fokus untuk segera terbang ke tanah air. Beruntung, proses imigrasi berjalan lancar.
Sesampainya di Indonesia, Sugi langsung menghubungi keluarganya dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) untuk meminta perlindungan.
“Syukur alhamdulillah, akhirnya saya bisa pulang dengan selamat,” ungkapnya lega.