Diversity Management Mentah, Karyawan Ogah Engage
HAIJAKARTA.ID – Keragaman karyawan sering disebut sebagai kunci inovasi dan kesuksesan bisnis. Tapi penelitian terbaru mengungkap, pengelolaan keragaman yang buruk justru bisa membuat karyawan enggan terlibat dan setia.
Apa yang salah? Di era global, perusahaan berlomba lomba merangkul keragaman. Mulai dari suku, agama, gender, hingga latar belakang pendidikan, semuanya dianggap aset berharga.
Namun jangan salah, mengelola keragaman itu bukan perkara mudah.
Peneliti dari Universitas Esa Unggul, Jakarta, baru-baru ini membedah dampak pengelolaan keragaman (diversity management) terhadap keterlibatan (engagement) dan kesetiaan karyawan di sejumlah perusahaan jasa di Jakarta. Hasilnya mengejutkan.
“Kami menemukan bahwa pengelolaan keragaman yang buruk justru berpengaruh negatif pada keterlibatan karyawan,” ungkap Rizka Sahnindita, ketua tim peneliti.
Studi yang melibatkan 125 karyawan ini mengungkap, mayoritas merasa perusahaan hanya menganggap keragaman sebagai ‘hiasan’, tanpa upaya sungguh-sungguh untuk memastikan kesetaraan dan inklusi.
“Banyak karyawan merasa diperlakukan berbeda karena latar belakang mereka. Ada kesenjangan dalam kesempatan pengembangan karir dan promosi,” jelas Dodi Ria Atmaja, anggota tim peneliti.
Alih-alih merasa dihargai, karyawan justru merasa terpinggirkan. Akibatnya, mereka enggan terlibat penuh dan mudah tergoda tawaran perusahaan lain yang lebih menghargai keragaman.
“Ini alarm bagi perusahaan. Keragaman itu bukan sekadar wacana, tapi harus dikelola dengan serius dan strategis,” tegas Atmaja.
Para peneliti menemukan, kunci dari pengelolaan keragaman yang efektif adalah menciptakan budaya inklusi yang autentik. Setiap karyawan harus merasa dihargai, didukung, dan diberi kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan berkembang.
“Tak cukup hanya merekrut karyawan beragam, tapi harus ada program konkret untuk
memastikan mereka merasa menjadi bagian dari perusahaan. Ini tanggung jawab semua level, dari top manajemen hingga supervisor,” saran Sahnindita.
Beberapa praktik yang disarankan antara lain pelatihan keragaman bagi seluruh karyawan, program mentoring dan sponsor untuk kelompok minoritas, serta sistem evaluasi kinerja yang objektif dan transparan.
“Yang terpenting, harus ada komitmen tulus dari pimpinan puncak. Mereka harus jadi teladan dalam menghargai dan merangkul perbedaan,” pungkas Sahnindita.
Bagi para karyawan, temuan ini jadi pengingat untuk cermat memilih perusahaan. Carilah tempat kerja yang tidak hanya mengiklankan keragaman, tapi juga secara konsisten menunjukkan komitmen untuk menghargai dan mengembangkan semua karyawan tanpa kecuali.
Dalam dunia bisnis yang makin kompetitif, perusahaan yang mampu mengelola keragaman dengan cerdas dan tulus akan jadi magnet bagi talenta terbaik. Ingat, keragaman itu indah, tapi hanya jika dirangkul dengan sungguh-sungguh.
*Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Universitas Esa Unggul, Jakarta: Rizka Sahnindita dan Dodi Ria Atmaja. Temuan lengkapnya bisa dibaca di MES Management Journal Vol. 3 No. 1 (2024).