Fenomena Eat The Rich yang Kini Trending di X, Ternyata Ini Kisah Kelam Dibaliknya

HAIJAKARTA.ID – Fenomena eat the rich ramai dibicarakan warganet dalam beberapa waktu terakhir, terutama di platform X.
Salah satu akun menulis, “Banyak yang kaget atau tersinggung dengan slogan eat the rich, padahal maksudnya tidak untuk membenci orang kaya secara personal,” Sabtu (13/9/2025).
Unggahan itu juga menyinggung kondisi timpang, di mana kelompok elite yang menguasai porsi ekonomi terbesar justru dikenai pajak lebih ringan.
Sementara itu, masyarakat kecil semakin terbebani dengan tingginya harga bahan pokok, pemutusan hubungan kerja, hingga tekanan pajak.
Penjelasan Eat The Rich
Istilah eat the rich sudah ada sejak lama.
Dikutip dari buku Eating Rich: Recipes from America’s Wealthiest Families karya Evelyn Beilenson (2012), istilah ini merupakan simbol perlawanan terhadap elite yang mengabaikan kepentingan rakyat.
Ungkapan tersebut muncul sejak Revolusi Prancis, saat Jean-Jacques Rousseau menyindir gaya hidup mewah Raja Louis XVI dan kaum bangsawan.
Sementara itu, rakyat jelata kelaparan hingga akhirnya pecah Revolusi 1789.
Simbol Kritik Sosial Modern
Di masa kini, eat the rich tidak lagi dipahami secara harfiah. Istilah ini berkembang menjadi simbol kritik terhadap jurang kesenjangan ekonomi yang semakin melebar.
Elite menguasai kekayaan dunia, sedangkan mayoritas rakyat kesulitan.
Fenomena ini kerap diangkat dalam musik, film, hingga meme internet sebagai refleksi keresahan masyarakat.
Ungkapan eat the rich pun kini menjadi bahasa universal untuk menuntut keadilan sosial di era modern.
Ungkapan ini kerap dipakai netizen saat melihat berita tentang gaya hidup mewah, mulai dari koleksi tas branded, pesta ulang tahun miliaran rupiah, hingga parade mobil sport di tengah jalanan macet.
Di Indonesia, eat the rich makin relevan ketika publik menyoroti jurang antara yang kaya dan yang miskin.
Bayangkan, di satu sisi ada generasi muda yang berjuang dengan gaji UMR dan cicilan, di sisi lain beredar konten flexing harta dari selebgram hingga pejabat publik.
Fenomena ini langsung jadi bahan sindiran dengan tagar eat the rich yang merajai kolom komentar.
Meme dan cuitan bertema eat the rich pun dengan cepat menyebar.
Misalnya, foto antrean panjang subsidi beras dibandingkan dengan foto koleksi jam tangan mewah, atau video satire soal gaya hidup high class yang dipamerkan di TikTok.
Semua itu mencerminkan keresahan yang sebenarnya serius: ketidakadilan sosial dan distribusi kekayaan yang timpang.
Jadi, ketika istilah ini viral di Indonesia, ia lebih dari sekadar lelucon.
Eat the rich menjadi cara baru netizen menyuarakan kritik di tengah inflasi, harga kebutuhan pokok naik, dan lapangan kerja semakin ketat, sementara pamer kekayaan justru bisa memantik amarah publik.