sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA.ID – Ramai diberitakan gaji sopir Mikrotrans di Jakarta ternyata belum sebanding dengan besarnya tanggung jawab dan waktu kerja yang mereka jalani setiap hari.

Berdasarkan pengakuan sejumlah sopir, Gaji sopir Mikrotrans per hari berkisar antara Rp145.000 hingga Rp150.000, tergantung pada capaian jarak tempuh dan kondisi lalu lintas.

Gaji Sopir Mikrotrans di Jakarta

Sistem pembayaran bagi sopir Mikrotrans dilakukan dua kali dalam sebulan, yakni setiap 15 hari sekali.

Dalam sebulan, mereka hanya mendapat dua hari libur.

Para sopir juga memiliki target jarak tempuh harian yang cukup tinggi, yaitu 100 kilometer untuk satu shift dan bisa mencapai 200 kilometer jika bekerja dua shift (pagi dan siang).

Namun, target itu sering kali sulit dicapai karena kemacetan parah yang menjadi bagian dari keseharian Jakarta.

“Kalau macet parah, kadang target tidak tercapai. Tapi tetap harus jalan,” ujar salah satu sopir saat ditemui di Terminal Rawamangun.

Jika mereka bekerja penuh selama 28 hari, total gaji sopir Mikrotrans yang bisa dibawa pulang berkisar antara Rp4.060.000 hingga Rp4.200.000 per bulan.

Angka ini masih di bawah Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta tahun 2025 yang ditetapkan sebesar Rp5.396.761.

Potongan Gaji dan Beban Tambahan

Selain penghasilan yang terbatas, sopir Mikrotrans juga masih harus menanggung sejumlah potongan dari gaji mereka.

Setiap bulan ada potongan Rp12.900 untuk Tunjangan Hari Raya (THR) dan pembelian seragam yang wajib digunakan setiap hari kerja.

Mereka diwajibkan mengenakan seragam berbeda setiap harinya:

  • Senin–Rabu: kemeja biru telur asin
  • Kamis: batik
  • Jumat: baju koko
  • Sabtu: kaus biru
  • Minggu: kaus merah

Total lima jenis seragam itu dikenakan biaya sekitar Rp150.000 per potong, dan biaya tersebut dipotong dari THR sopir.

Tak hanya itu, setiap tiga tahun sekali para pengemudi juga wajib memperpanjang sertifikat diklat dengan biaya Rp300.000 yang kembali dipotong dari tunjangan hari raya mereka.

“Rasanya berat, apalagi kalau biaya hidup makin tinggi,” keluh seorang sopir yang enggan disebut namanya.

Kondisi Ekonomi yang Menekan

Potongan-potongan tersebut membuat para sopir Mikrotrans semakin tertekan, terutama di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil. Dengan jam kerja panjang, sedikit waktu libur, dan penghasilan yang di bawah standar, para sopir berharap ada evaluasi terhadap sistem gaji dan kesejahteraan mereka.

“Yang kami harapkan cuma gaji yang layak dan potongan yang wajar. Kami kerja dari pagi sampai malam demi kebutuhan keluarga,” tambah salah seorang pengemudi di kawasan Pasar Minggu.