Herry De Fretes Jualan Bubur di Jagakarsa, Pilih Bertahan Usai Tak Lagi Aktif Syuting
HAIJAKARTA.ID – Herry De Fretes jualan bubur menjadi perhatian publik setelah aktor senior tersebut memilih menekuni usaha kuliner di sebuah food court kawasan Jalan Moh. Kahfi II, Jagakarsa, Jakarta Selatan, seiring berkurangnya aktivitasnya di dunia syuting.
Herry De Fretes jualan bubur sebagai langkah realistis untuk bertahan hidup di tengah perubahan industri hiburan. Setelah tak lagi rutin menerima tawaran akting, ia memutuskan membuka usaha kecil di sektor UMKM sebagai sumber penghasilan alternatif.
Dalam sejumlah wawancara dengan media nasional, Herry De Fretes mengaku tidak gengsi beralih profesi.
Ia menilai dinamika kehidupan merupakan hal yang wajar dan harus disikapi dengan rasa syukur.
“Ya namanya ini kan ya naik turun dalam kehidupan. Pernah suatu hari saldo tinggal Rp 40 ribu. Alhamdulilah bersyukur dijalani saja,” ungkapnya.
Aktor yang dikenal lewat berbagai peran sinetron dan film ini menegaskan bahwa berjualan bubur bukanlah bentuk kemunduran, melainkan ikhtiar untuk tetap produktif.
Ia juga menekankan pentingnya kesiapan para seniman menghadapi masa depan.
“Setidaknya kita para seniman mau mempersiapkan sesuatu yang lain ke depan. Kita gak selalu mengandalkan fisik kita untuk bekerja, pasti ada limitnya. Jadi harus memikirkan dari sesuatu yang lain,” pesannya.
Herry De Fretes memutuskan berjualan bubur juga mencerminkan upaya adaptasi di tengah persaingan industri hiburan yang semakin ketat.
Sejumlah media hiburan nasional mencatat, dalam beberapa tahun terakhir Herry memang sudah jarang muncul di layar kaca.
Tak hanya berjualan, Herry De Fretes juga kerap menghibur pengunjung dengan bernyanyi di food court tempatnya berjualan.
Aksi tersebut mendapat respons positif dari masyarakat yang datang, baik untuk menikmati bubur maupun memberikan dukungan langsung kepada sang aktor.
Langkah Herry De Fretes ini menjadi potret realitas kehidupan pekerja seni, bahwa popularitas tidak selalu menjamin kestabilan ekonomi.
Kerja keras, adaptasi, dan kesiapan menghadapi perubahan menjadi kunci untuk tetap bertahan.
