IHSG Terjun Bebas! Danantara Diduga Jadi Biang Kerok, Saham Ini Berpotensi Menguat Pada 26 Februari 2025
HAIJAKARTA.ID – IHSG masih juga anjlok hingga pasar saham Indonesia menjadi perhatian utama investor.
Perdagangan Selasa, 25 Februari 2025, IHSG turun secara drastis hingga sebesar 2,41% atau 162,51 poin, menembus level 6.587,09.
Hal ini bukan hanya sekadar penurunan biasa, akan tetapi telah bagian dari tren negatif yang berlangsung selama seminggu terakhir, hingga total koreksi mencapai 4,17%.
Faktor Anjloknya IHSG
Adanya penurunan ini memicu kekhawatiran besar di kalangan pelaku pasar. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan IHSG anjlok di pasar saham Indonesia.
Pasar saham global sangat berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. ekspektasi bahwa Federal Reserve hanya akan menurunkan Federal Funds Rate (FFR) secara terbatas sepanjang 2025, sehingga membuat investor asing berpikir ulang untuk tetap bertahan di pasar Indonesia.
Selain banyak investor yang menarik arus modal untuk keluar dari Indonesia, kondisi ekonomi global yang tak menentu juga menjadi faktor anjloknya IHSG.
Kebijakan moneter Amerika Serikat dan geopolitik dunia turut membebani sentimen investor. Adanya ketegangan di Timur Tengah, harga minyak yang fluktuatif dan ancaman resesi di beberapa negara maju turut menjadi faktor tambahan yang membuat investor semakin berhati-hati dalam menempatkan dananya di pasar saham Indonesia.
Pada sisi domestik, peluncuran Danantara turut menjadi faktor anjloknya IHSG di Indonesia. Hal ini terlihat dari aksi jual bersih investor asing yang mencapai Rp3,47 triliun hanya dalam sehari setelah peluncuran Danantara.
Investor asing, tampaknya masih menunggu kejelasan mengenai mekanisme pengelolaan Danantara. Tanpa kepastian, mereka lebih memilih mengalihkan investasi ke aset seperti obligasi atau emas. Ketidakpastian inilah yang memperburuk sentimen pasar, membuat IHSG anjlok lebih tajam.
Dampak IHSG Terjun Bebas Terhadap Sektor Saham
Turunnya IHSG ini membuat banyak sektor menjadi tidak selamat. Semua 11 sektor saham yang ada di Bursa Efek Indonesia tengah mengalami koreksi.
- Sektor barang baku memimpin pelemahan dengan penurunan hingga 3,45%.
- Sektor barang konsumen non-primer turun 3,26%.
- Sektor energi juga tidak luput, melemah sebesar 2,62%.
Bahkan dampaknya ini tak hanya dirasakan oleh emiten besar, tetapi juga oleh investor ritel yang turut merugi. Jika tren turun ini semakin lama, maka dapat menghambat pertumbuhan pasar modal Indonesia dalam beberapa bulan ke depan.
Saham Yang Paling Banyak Dilepas Asing
Dalam hal ini, investor asing menjadi pelaku utama dalam kejatuhan IHSG. Pada perdagangan Selasa, 25 Februari 2025, investor asing mencatat penjualan bersih hingga Rp1,63 triliun.
Beberapa saham yang paling banyak dijual asing merupakan emiten besar, termasuk diantaranya ialah:
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
- Bank Mandiri (BMRI)
- Bank Central Asia (BBCA)
- Telkom Indonesia (TLKM)
- United Tractors (UNTR)
Aksi jual besar-besaran ini menambah tekanan di pasar, memperparah kondisi IHSG anjlok. Situasi ini harus membuat investor lokal lebih selektif dalam memilih saham atau menunggu momen yang tepat untuk masuk kembali ke pasar.
Rekomendasi Saham Potensial Untuk Dibeli
Meskipun saat ini IHSG tengah anjlok dan terjun bebas, selalu ada peluang bagi investor yang cermat. Beberapa saham tetap memiliki prospek menarik di tengah volatilitas pasar.
1. Bank Negara Indonesia (BBNI)
- Area beli di Rp3.800.
- Potensi kenaikan menuju Rp3.850 – Rp3.930.
2. Petrosea (PTRO)
- Entry jika harga menembus Rp3.300.
- Target jual Rp3.400 – Rp3.500.
3. Merdeka Copper Gold (MDKA)
- Area beli Rp1.500 – Rp1.520.
- Potensi naik ke Rp1.650 – Rp1.700.
4. Astra International (ASII)
- Beli di Rp4.520 – Rp4.550.
- Target kenaikan Rp4.600 – Rp4.630.
5. Ratu Prabu Energi (RATU)
- Area beli di Rp7.400.
- Potensi naik ke Rp7.600 – Rp7.800.
6. CBD Capital (CBDK)
- Pembelian spekulatif di Rp7.175.
- Target jual Rp7.400 – Rp7.500.
Investor harus tetap selektif dalam memilih saham. Penurunan IHSG ke level 6.587 adalah dampak dari kombinasi faktor global dan domestik.
Selain itu ekspektasi FFR yang terbatas dan ketidakpastian akibat peluncuran Danantara membuat investor ragu dan aksi jual asing semakin memperburuk keadaan.
Namun, bukan berarti peluang tidak ada. IHSG anjlok ini menjadi pengingat bahwa pasar saham penuh dengan dinamika yang perlu disikapi dengan strategi yang matang.