sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA. ID – Apakah Anda sudah mengetahui rute penerbangan dengan Turbulensi terburuk di Dunia?

Turbulensi adalah momok yang sering ditakuti oleh banyak penumpang pesawat.

Kondisi ini biasanya terjadi saat cuaca buruk, namun faktanya, turbulensi bisa terjadi kapan saja, bahkan ketika cuaca tampak cerah.

Beberapa faktor penyebab turbulensi di udara melibatkan pegunungan, badai, dan arus jet stream yang kuat.

Peringkat rute penerbangan yang paling rentan terhadap turbulensi pada 2024 pun telah dirilis, dengan beberapa jalur penerbangan menjadi yang paling sering mengalami guncangan hebat.

10 Rute Penerbangan dengan Turbulensi Terburuk di Dunia

1. Chengdu (CTU) – Xining (XNN)

Dengan jarak yang lebih pendek, namun tetap melewati daerah dengan kondisi atmosfer yang dapat menyebabkan turbulensi, rute ini tetap menjadi yang teratas dalam daftar turbulensi parah.

2. Kordoba (COR) – Santiago (SCL)

Rute antara Kordoba dan Santiago juga sangat rentan terhadap turbulensi, dengan faktor pegunungan Andes yang memperburuk kondisi cuaca di sepanjang jalur ini.

3. Kathmandu (KTM) – Paro (PBH)

Jalur penerbangan antara Kathmandu (Nepal) dan Paro (Bhutan) juga sering mengalami turbulensi akibat pengaruh pegunungan tinggi di kedua negara tersebut.

4. Mendoza (MDZ) – Salta (SLA)

Jalur penerbangan yang menghubungkan Mendoza dan Salta di Argentina juga termasuk dalam daftar rute dengan turbulensi tinggi, pengaruh pegunungan yang mendominasi wilayah ini.

5. Mendoza (MDZ) – San Carlos de Bariloche (BRC)

Rute ini melintasi wilayah yang kaya dengan pegunungan, yang menyebabkan turbulensi ekstrem sering terjadi pada perjalanan ini.

6. Mendoza (MDZ) – Santiago (SCL)

Rute terpanjang dan terparah terkait turbulensi di dunia pada 2024 adalah perjalanan 196 kilometer antara Mendoza (Argentina) dan Santiago (Cile).

Terletak di wilayah pegunungan Andes, perjalanan ini sering menghadirkan turbulensi yang kuat dan tidak terduga.

7. Kathmandu (KTM) – Lhasa (LXA)

Turbulensi juga kerap terjadi di rute ini, yang melibatkan terbang di atas Pegunungan Himalaya yang terkenal dengan ketinggiannya yang luar biasa.

8. Chengdu (CTU) – Lhasa (LXA)

Rute ini juga melewati area Himalaya, di mana turbulensi akibat medan pegunungan sering kali sulit dihindari.

9. Santa Cruz (VVI) – Santiago (SCL)

Meskipun tidak melibatkan pegunungan setinggi Andes atau Himalaya, rute ini tetap menunjukkan tingkat turbulensi yang tinggi, dengan arus jet stream menjadi salah satu penyebabnya.

10. San Carlos de Bariloche (BRC) – Santiago (SCL)

Sama seperti rute-rute sebelumnya di kawasan pegunungan Andes, rute ini juga menunjukkan tingkat turbulensi yang ekstrem, membuat perjalanan terasa lebih mengguncang.

Mengapa Turbulensi Bisa Terjadi Kapan Saja?

Turbulensi tidak hanya terjadi pada cuaca buruk.

Meskipun insiden turbulensi diperkirakan akan meningkat seiring meningkatnya suhu dan ketidakstabilan atmosfer, para ahli menegaskan bahwa penerbangan tetap aman.

Hal ini karena turbulensi adalah fenomena yang umumnya dapat diprediksi, dan pesawat dirancang untuk menangani guncangan tersebut.

Rute penerbangan yang melintasi pegunungan, seperti Andes dan Himalaya, memang lebih rentan terhadap turbulensi.

Namun, dengan teknologi pemantauan dan perencanaan penerbangan yang semakin maju, turbulensi tetap dapat dihadapi dengan lebih aman.

Mengukur Turbulensi dengan EDR (Eddy Dissipation Rate)

Tim peneliti menggunakan sistem pemeringkatan turbulensi yang melibatkan pengukuran EDR (Eddy Dissipation Rate), di mana turbulensi diperingkatkan mulai dari ringan hingga ekstrem.

Turbulensi yang sangat kuat, seperti yang terjadi di rute-rute di atas, termasuk dalam kategori ekstrem (80-100).

Meskipun turbulensi adalah hal yang tak terhindarkan dalam beberapa situasi, dengan pemahaman yang tepat, penumpang bisa merasa lebih tenang.

Jadi, meski beberapa rute ini terkenal dengan turbulensinya, pesawat tetap dapat terbang dengan aman di sepanjang rute tersebut.