Inovasi Sanitasi DKI Jakarta: Limbah Diolah Jadi Biogas, Warga Tak Perlu Lagi Beli LPG
HAIJAKARTA.ID – Pemprov DKI Jakarta terus berkomitmen untuk membuat lingkungan warganya lebih sehat dan hemat energi.
Di Gang Delta, RT 4/RW 8, Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, ada instalasi tangki septik komunal yang sedang dibangun.
Pembangunan ini merupakan bagian penting dari upaya untuk meningkatkan sistem sanitasi Jakarta.
Inovasi Sanitasi DKI Jakarta
Sanitasi yang baik tidak hanya mencegah penyebaran penyakit tetapi juga menjaga lingkungan, termasuk mencegah pencemaran air dan tanah yang dapat merugikan masyarakat.
Warga Pasar Rebo, Maria, sangat senang dengan kehadiran fasilitas baru tersebut.
Ia menyatakan bahwa lingkungan tampak lebih bersih sekarang.
Selain itu, warga dapat menggunakan biogas yang dihasilkan dari instalasi tersebut untuk memasak.
Maria mengatakan bahwa biogas adalah solusi alternatif yang sangat membantu, terutama ketika LPG sulit didapat.
“Ya, bermanfaat sekali. Kalau kemarin susah kan (mencari LPG) kita, jadi sekarang punya alternatif gitu. Dipasang septik tank ini juga kita bisa menghemat tidak lagi membeli gas,” ujarnya, dikutip dari Detik.
Maria juga merasakan dampak ekonominya.
Ia biasanya harus mengeluarkan sekitar Rp60 ribu setiap bulan untuk membeli LPG, tetapi sekarang ia dapat mengurangi pengeluaran tersebut dengan menggunakan biogas.
“Kalau saya beli gas sebulan bisa bertabung-tabung, jadi hampir Rp60 ribu. Dengan biogas ini gratis kan, jadi benar-benar menghemat pengeluaran,” tuturnya.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meresmikan instalasi tangki septik komunal ini di Gang Delta, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Dia mengatakan bahwa ini adalah bagian dari upaya pemerintah untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kualitas lingkungan warga.
Pramono sangat gembira ketika mendengar bahwa angka Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Jakarta Timur telah turun menjadi 0% berkat fasilitas sanitasi yang lebih baik.
“Bagi saya, yang paling menggembirakan adalah laporan dari Pak Wali Kota bahwa saat ini Buang Air Besar Sembarang (BABS) terbuka di Jakarta Timur sudah 0 persen, karena semuanya sudah difasilitasi dengan instalasi seperti ini,” ujarnya.
Selain itu, instalasi tersebut dapat menghasilkan biogas dari pengolahan limbah tinja, yang dapat digunakan oleh warga untuk memasak.
Pramono bahkan sempat mencoba menggunakan biogas itu secara langsung.
“Saya tadi juga goreng telur sendiri, yang satu untuk teman-teman wartawan, satu lagi untuk Pak Camat. Hasil gorengan saya sendiri,” katanya.
Pramono menyatakan bahwa pengelolaan limbah sebagai sumber energi memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat dan berdampak positif pada lingkungan.
Perhitungan yang dibuat oleh Pemprov DKI Jakarta menunjukkan bahwa penggunaan biogas dapat membantu rumah tangga menghemat hingga Rp1,2 juta setiap tahun karena mereka tidak perlu membeli LPG.
“Ekosistem seperti ini akan terus kami kembangkan, termasuk di kantor-kantor pemerintah maupun swasta. Selain ramah lingkungan, program ini juga membantu masyarakat secara ekonomi,” jelasnya.
Selain itu, sanitasi yang tertata akan berdampak besar pada kesehatan masyarakat.
Kadar bakteri E. coli di permukiman dapat ditekan jauh lebih rendah dengan pengolahan limbah yang baik.
“Aktivitas seperti ini akan memperkuat Jakarta sebagai kota global. Jika seluruh wilayah bisa seperti Jakarta Timur dengan BABS terbuka 0 persen, kualitas kesehatan warga akan meningkat drastis,” tegasnya.
Pembangunan Tangki Septik Komunal Akan Diperluas
Di sisi lain, Wali Kota Jakarta Timur, Munjirin, menyatakan bahwa sekitar 439 kepala keluarga atau 2.400 orang di tiga lokasi menerima biogas dari instalasi tersebut.
Ia menegaskan bahwa pembangunan tangki septik komunal dan skala perumahan akan terus diperluas di daerah lain.
“Sejak groundbreaking pertama di Bidara Cina hingga sekarang, kami telah melayani hampir 3.000 kepala keluarga dengan sistem sanitasi layak. Program ini akan terus berlanjut untuk menjangkau lebih banyak warga Jakarta Timur,” ujarnya.
