Kain untuk Diplomasi, Indonesia dan Rusia Rajut Persahabatan Lewat Warisan Budaya
HAIJAKARTA.ID – Hubungan diplomatik antara Republik Indonesia dan Federasi Rusia terus menunjukkan penguatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Tak hanya di bidang politik dan ekonomi, kerja sama kedua negara kini juga merambah ke sektor kebudayaan yang dinilai mampu menjadi jembatan diplomasi yang halus namun bermakna.
Dalam semangat itulah, Ikatan Wanita Berbudaya Indonesia (IWBI) bekerja sama dengan Russia House Indonesia menggelar forum budaya bertajuk “Kain for Diplomacy: Cultural Threads Between Indonesia & Russia.”
Acara yang berlangsung di Russian House in Indonesia, pada tanggal 18 Oktober ini mengupas peran kain budaya, sebagai simbol kebangsaan sekaligus alat diplomasi budaya yang merepresentasikan nilai, identitas, dan kemanusiaan dua bangsa.
Kain Budaya Sebagai Soft Power Diplomasi
Kegiatan yang dihadiri oleh tokoh-tokoh strategis dari Indonesia dan Rusia ini menghadirkan diskusi panel tingkat tinggi tentang posisi tekstil dalam diplomasi kontemporer. Founder sekaligus Ketua IWBI, Nanik Prastiya N., S.H., menilai kegiatan ini menjadi ajang penting bagi generasi muda untuk memahami kekuatan budaya.
“Dari para panelis luar biasa sekali, banyak ilmu dan wawasan yang bermanfaat, terutama bagi generasi muda. Harapannya semangat ini bisa menginspirasi mereka untuk mencintai budaya Indonesia,” ujar Tiya.
Sementara itu, Nikita S. Shilikov, Director of Russian House In Indonesia, menegaskan bahwa budaya adalah salah satu pilar utama dalam diplomasi antarnegara.
“Budaya adalah salah satu pilar diplomasi. Melalui warisan budaya, sejarah, dan tradisi, hubungan kita menjadi semakin mendalam. Dari acara ini kami jadi lebih mengenal tradisi di Indonesia,” katanya.
Generasi Muda dan Warisan Leluhur
IWBI juga mendorong keterlibatan generasi muda, terutama Gen Z, untuk bangga terhadap warisan budaya yang menjadi identitas bangsa. Hal itu disampaikan oleh Hj. Liana Suprapto, Founder IWBI.
“Kami berharap mendapat sambutan yang baik dari masyarakat, terutama generasi muda. Betapa kaya budaya kita, dan betapa pentingnya menjaga warisan nenek moyang untuk tampil di kancah internasional,” ungkapnya.
Akub Zainal, selaku Dewan Penasehat IWBI, menambahkan bahwa kebiasaan sederhana seperti berkain juga merupakan bentuk diplomasi budaya.
“Dengan cara berkain, itu sudah menjadi tolak ukur kita sebagai bangsa Indonesia di mata dunia internasional,” ujarnya.
Diplomat Rusia Terpikat Kain Nusantara
Apresiasi terhadap kekayaan tekstil Indonesia juga datang dari kalangan diplomat Rusia.
Alexey Rykov, Senior Diplomat, Counsellor of the Russian Embassy in Indonesia, mengaku terkesan dengan karya kain yang ditampilkan.
“Saya sangat menyukai kain-kain yang ditampilkan. Semoga kain budaya Indonesia bisa dikenal lebih luas, khususnya oleh masyarakat Rusia,” tuturnya.
Fashion sebagai Wujud Diplomasi Budaya
Menurut HE Dra. Diennaryati Tjokrosuprihatono, M.Psi., mantan Duta Besar Indonesia untuk Ekuador (2016–2020) dan juga Founder IWBI sekaligus panelis dalam acara ini, diplomasi budaya dapat dilakukan melalui banyak cara. Salah satu yang paling efektif adalah melalui busana.
“Diplomasi budaya itu banyak, dan yang paling ampuh adalah fashion diplomacy. Kita memperkenalkan diri sebagai duta bangsa lewat tenun, batik, songket, atau lurik yang kita kenakan di mana pun berada. Dari sana orang mulai mengagumi, lalu kita angkat filosofinya,” jelasnya.
Merajut Diplomasi Lewat Keindahan
Melalui forum “Kain for Diplomacy”, Indonesia dan Rusia membuktikan bahwa diplomasi bukan hanya tentang kekuatan politik, tetapi juga tentang keindahan, nilai, dan identitas yang diwariskan lintas generasi.
Kain menjadi simbol lembut namun kuat merajut hubungan dua bangsa melalui benang budaya yang indah dan bermakna.
