Kasus TBC di Jakarta Turun, 90 Persen Pasien Tuntas Jalani Pengobatan
HAIJAKARTA.ID – Hingga 8 November 2025, total kasus tuberkulosis di DKI Jakarta adalah 49.029.
Dari jumlah pasien tersebut, 44.331, atau sekitar 90%, telah menyelesaikan perawatannya.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa kepatuhan pasien terhadap terapi telah meningkat secara signifikan.
Ini merupakan langkah yang sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit.
Kasus TBC di Jakarta Turun
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati menyatakan bahwa sebagian pasien terus mengalami kesulitan untuk menjaga konsistensi pengobatan mereka.
Orang-orang terpaksa berhenti di tengah jalan karena efek samping obat, percaya telah sembuh, atau takut menghadapi stigma sosial dari lingkungannya.
“Masih ada pasien yang malu atau enggan terbuka karena khawatir dikucilkan. Padahal, pengobatan TBC bisa menekan penularan dan menyembuhkan secara penuh jika dijalani dengan disiplin,” ujarnya, dikutip dari Detik.
Untuk mengatasi masalah ini, Pemprov DKI memperkuat tenaga kesehatan, kader, dan masyarakat untuk mendampingi pasien.
Program Kampung Siaga TBC, yang saat ini tersebar di 563 RW, adalah salah satu fokus utama.
Orang-orang berpartisipasi dalam pendidikan, pengawasan pengobatan, dan dukungan psikologis bagi pasien.
“Kami ingin setiap RW menjadi komunitas yang peduli dan berdaya. Tidak hanya menolong pasien, tapi juga mencegah stigma yang bisa membuat orang enggan berobat,” tambah Ani.
Deteksi Dini Jadi Langkah Kunci
Menurut Ali Maulana Hakim, Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekda DKI Jakarta, mencegah penyebaran TBC dengan cepat sangat penting.
Mayoritas kasus baru ditemukan melalui skrining aktif di puskesmas, rumah tangga, sekolah, dan tempat kerja.
Untuk mempercepat proses, Pemprov meluncurkan inovasi digital JakScan, aplikasi yang memungkinkan penduduk melakukan pemeriksaan mandiri untuk mengetahui apakah mereka terpapar TBC atau tidak dan mendapatkan rujukan ke fasilitas kesehatan jika diperlukan.
“Teknologi membantu mempercepat penemuan kasus dan memudahkan pelaporan. Tapi yang paling penting tetap keberanian masyarakat untuk memeriksakan diri,” ujar Ali.
Menko PMK Pratikno, yang hadir dalam peluncuran kampanye TOSS TBC di Bundaran HI, mengingatkan bahwa TBC masih merupakan masalah besar bagi kesehatan nasional.
“TBC bisa disembuhkan, asal ditemukan cepat dan diobati sampai tuntas. Kuncinya kedisiplinan pasien dan pendampingan dari tenaga kesehatan maupun keluarga,” katanya.
Selain itu, ia menilai kemajuan yang dilakukan Jakarta cukup progresif karena tidak hanya mengutamakan aspek medis tetapi juga strategi sosial dan edukatif komunitas.
Sejalan dengan target nasional, Pemprov DKI berharap TBC akan dihilangkan pada tahun 2030.
Perluasan deteksi dini, digitalisasi layanan, dan penguatan jaringan Kampung Siaga TBC di seluruh RW adalah rencana yang dilaksanakan.
Layanan tambahan seperti pemeriksaan dahak gratis, pemantauan kontak erat, dan pemantauan minum obat berbasis aplikasi juga tersedia.
“Kita ingin setiap warga tahu bahwa TBC bukan aib, tapi penyakit yang bisa disembuhkan. Dengan pengobatan yang tepat dan dukungan masyarakat, Jakarta bisa jadi kota yang bebas TBC,” tegas Ani.
Pemprov DKI yakin dapat mempercepat penurunan kasus aktif dengan meningkatkan sistem penanganan hingga ke akar rumput, karena 9 dari 10 pasien telah mendapatkan perawatan.
Untuk menjadikan Jakarta bebas dari TBC, peningkatan kesadaran masyarakat masih merupakan bagian yang paling penting.
