Kenali Sosok 9 Haji Pesaing 9 Naga, Konglomerat Kuasi Ekonomi Regional

HAIJAKARTA.ID – Selama beberapa dekade, lanskap ekonomi Indonesia didominasi oleh kelompok konglomerat yang dikenal sebagai 9 Naga.
Namun, sejak pelantikan Presiden Prabowo Subianto pada 2024, muncul fenomena baru: sembilan pengusaha pribumi yang dijuluki 9 Haji, yang perlahan namun pasti mulai menggantikan dominasi tersebut.
Mardigu Wowiek Prasantyo, pengusaha sekaligus content creator yang dikenal sebagai Bossman Mardigu, mengungkapkan bahwa kelompok konglomerat 9 naga akan digantikan oleh kelompok baru yang disebut 9 haji.
“Lagi digoyang 9 Naga, sekadar informasi. Mungkin kalau pertama kali yang membawa 9 Naga itu Pak Prabowo, nanti bisa jadi berganti 9 Haji,” tulisnya di akun Instagram.
Ia juga menyinggung salah satu kasus yang tengah menimpa salah satu anggota 9 naga yakni Sugianto Kusuma alias Aguan.
Profil 9 Haji Konglomerat Kuasi Ekonomi
Lantas siapa saja orang yang dimaksud 9 haji? Berikut profilnya
1. Haji Isam – Raja Batubara dari Kalimantan Selatan
Samsudin Andi Arsyad, atau Haji Isam, memulai karier sebagai sopir truk pengangkut kayu di Batu Licin. Kini, ia menjadi bos besar Jhonlin Group yang menguasai bisnis batubara lewat PT Jhonlin Baratama.
Selain pertambangan, ia juga memiliki bisnis biodiesel, sawit, pelabuhan, hingga penerbangan jet pribadi. Rumah mewahnya seluas 20 hektar menjadi ikon kemewahan di Kalimantan Selatan.
2. Haji Kalla – Dinasti Otomotif dari Timur Indonesia
Kalla Group milik keluarga mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah eksis sejak 1952. Perusahaan ini menjadi distributor utama merek otomotif seperti Toyota dan Kia di wilayah Indonesia Timur.
Bisnis mereka juga merambah logistik dan infrastruktur, dengan tetap menjaga nilai-nilai kearifan lokal dalam operasionalnya.
3. Haji Aksa – Konglomerat Semen dari Sulawesi
Muhammad Aksa Mahmud memulai karier bisnis dari nol. Berawal dari berdagang es balok, ia membangun Bosowa Group yang kini memiliki pabrik semen besar di Maros, serta bisnis otomotif dan proyek-proyek strategis nasional.
Ia dikenal dekat dengan kalangan politik dan aktif dalam pengembangan wilayah Indonesia Timur.
4. Haji Rasyid – Raksasa Sawit dari Kalimantan Tengah
Abdul Rasyid AS atau Haji Rasyid adalah penguasa perkebunan sawit seluas 115.000 hektar melalui Citra Borneo Indah Group. Ia sempat disorot karena isu lingkungan, namun di sisi lain dikenal sebagai filantropis yang membangun banyak masjid dan fasilitas umum.
5. Haji Leman – Pendiri Hasnur Group
Abdussamad Sulaiman HB, atau Haji Leman, mendirikan Hasnur Group yang bergerak di sektor pertambangan, pelayaran, hingga olahraga (PS Barito Putera).
Perusahaan ini kini dikelola oleh ketujuh anaknya, salah satunya Hasnuryadi Sulaiman yang sukses membawa bisnis keluarga ke lantai bursa.
6. Haji Ijai – Pemain Besar Batubara dari Tapin
Muhammad Zaini Mahdi alias Haji Ijai mengelola PT Batu Gunung Mulia dengan kapasitas produksi 2 juta ton batubara per bulan.
Ia dikenal akan gaya hidup mewah dengan koleksi mobil sport dan helipad pribadi, namun kontribusinya terhadap perekonomian Tapin sangat signifikan.
7. Haji Anif – Konglomerat Sawit dan Properti dari Sumut
Anif Shah mendirikan ALAM Group dengan lahan awal 1.500 hektar yang kini berkembang menjadi lebih dari 30.000 hektar.
Ketika harga sawit jatuh pada 2008, ia bertahan berkat bisnis properti mewahnya seperti Cemara Asri di Medan.
8. Haji Robert – Taipan Emas dari Halmahera
Robert Nitiyudo Wachjo atau Haji Robert mengambil alih tambang emas Gosowong di Halmahera Utara dari perusahaan Australia.
Ia dikenal berkomitmen pada tanggung jawab sosial, membangun rumah ibadah dan mendanai program pemberdayaan ekonomi di sekitar tambangnya.
9. Haji Ciut – Crazy Rich Kalsel
Muhammad Hatta atau Haji Ciut mencuat karena gaya hidup supermewah, termasuk rumah dengan helipad dan pesta pernikahan anak yang viral.
Di balik itu, bisnisnya di pertambangan dan properti telah membuka ribuan lapangan kerja di Kalimantan Selatan.
Kehadiran “9 Haji” ini dinilai sebagai cerminan bangkitnya kekuatan ekonomi pribumi yang berbasis daerah. Di tengah dorongan pemerintah untuk pemerataan ekonomi dan hilirisasi, para konglomerat ini dianggap sebagai mitra strategis pembangunan nasional, khususnya di luar Pulau Jawa.
Mereka tidak hanya memegang aset triliunan rupiah, tetapi juga memiliki pengaruh politik dan sosial di daerah masing-masing.
Dengan pendekatan yang membumi dan filosofi “berdaya bersama rakyat”, para “Haji” ini kini menjadi tumpuan harapan dalam menciptakan keseimbangan ekonomi nasional.