Mengapa Deep Learning Digunakan Dalam Kurikulum Nasional 2025/2026? Begini Upaya Pemerintah Tingkatkan Kompetensi Siswa!

HAIJAKARTA.ID- Mengapa Deep Learning digunakan dalam kurikulum Nasional 2025/2026? Begini penjelasan lengkapnya!
Pemerintah secara resmi mengumumkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis deep learning atau pembelajaran mendalam akan mulai diterapkan secara luas pada tahun ajaran 2025/2026.
Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi baru Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dalam memperkuat kualitas pembelajaran di sekolah dasar dan menengah, baik negeri maupun swasta.
Mengapa Deep Learning Digunakan Dalam Kurikulum Nasional 2025/2026?
Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikdasmen, Laksmi Dewi, menyatakan bahwa penerapan deep learning merupakan respons atas kondisi literasi siswa yang dinilai masih rendah di berbagai daerah.
la menekankan bahwa metode ini dapat diintegrasikan dalam dua kurikulum utama yang kini masih digunakan di sekolah, yaitu Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka.
Tujuannya adalah memberikan pengalaman belajar yang lebih dalam dan bermakna bagi siswa serta mendorong penguasaan keterampilan esensial seperti membaca dan berhitung secara lebih efektif.
Adaptasi Khusus untuk Daerah 3T
Dewi juga menyampaikan bahwa pendekatan ini akan diadaptasi secara khusus di daerah-daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T).
Hal ini bertujuan agar siswa dari berbagal latar belakang wilayah tetap memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu dan menyeluruh.
Empat Pilar Utama dalam Pembelajaran Mendalam
Dalam pelaksanaannya, metode deep learning akan mengacu pada empat pilar pembelajaran:
1. Praktik Pedagogis Autentik
Guru akan didorong untuk mengembangkan strategi mengajar yang menekankan pengalaman belajar nyata.
Fokusnya adalah pengembangan kemampuan berpikir kritis, kolaboratif, dan pemecahan masalah kompleks.
2. Kemitraan Pembelajaran
Konsep ini melibatkan sinergi antara berbagai pihak-guru, murid, orang tua, komunitas sekolah, hingga mitra profesional.
Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkaya proses belajar dan membentuk ekosistem pendidikan yang inklusif.
3. Lingkungan Belajar Fleksibel
Ruang belajar akan mencakup ruang fisik, digital, dan budaya yang mendukung berbagal gaya belajar.
Siswa diajak untuk aktif mengeksplorasi, berdiskusi, serta merefleksikan pengetahuan secara mendalam.
4. Pemanfaatan Teknologi Digital
Teknologi menjadi alat bantu utama dalam memperluas akses informasi dan memperkuat pemahaman siswa.
Platform digital akan dimanfaatkan sebagai sumber belajar kontekstual dan interaktif.
Penambahan Mata Pelajaran Baru
Selain penerapan metode pembelajaran mendalam, pemerintah juga menambahkan dua mata pelajaran pilihan baru dalam kurikulum, yaitu coding (pemrograman) dan kecerdasan buatan (Al).
Mata pelajaran ini akan mulai diperkenalkan secara bertahap sejak kelas 5 dan 6 SD, lalu dilanjutkan di jenjang SMP dan SMA hingga kelas 12.
Meskipun ada penambahan materi, menurut Laksmi Dewi, hal ini tidak akan memengaruhi jumlah jam pelajaran secara keseluruhan.
Materi baru tersebut dimasukkan sebagai pelajaran pilihan untuk memberi siswa pengalaman belajar yang lebih relevan dengan perkembangan zaman.
Landasan Hukum Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025
Kebijakan ini sudah tertuang secara resmi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendikdasmen) Nomor 13 Tahun 2025.
Peraturan ini tidak mengganti struktur kurikulum yang ada, tetapi menyesuaikannya untuk mengakomodasi pendekatan deep learning dan penambahan pelajaran baru.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menyampaikan bahwa implementasi metode ini akan dilakukan secara bertahap setelah pelatihan menyeluruh bagi para guru.
Pelatihan tersebut mencakup teknik mengajar dengan pendekatan mendalam serta penggunaan teknologi dalam proses belajar.
Mu’ti juga menegaskan bahwa pendekatan ini tidak bertujuan mengubah secara drastis kurikulum yang sudah ada, melainkan untuk memperkaya dan memperdalam proses pembelajaran.
Tujuan akhirnya adalah menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan, interaktif, dan tidak semata-mata fokus pada hasil kuantitatif.