Mengenal Ponpes Al Khoziny Buduran Sidoarjo, Pesantren yang Ambruk hingga 3 Orang Tewas
HAIJAKARTA – Mengenal Ponpes Al Khoziny Buduran Sidoarjo yang bangunannya ambruk pada Senin (29/9/2025).
Bangunan musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur ambruk hingga menewaskan tiga orang dan 86 luka.
Runtuhnya bangunan musala di Ponpes Al Khoziny Buduran Sidoarjo terjadi saat ratusan santri tengah menunaikan salat asar.
Dari hasil pendataan sementara, ada tia korban tewas dan 86 lainnya luka.
Tiga korban tewas, yakni SefianIbrahim, Mochammad Mashudulhaq dan Muhammad Soleh.
Direktur Utara RSUD R.R. Notopuro Sidoarjo dr Atok Irawan merinci sebanyak 38 korban luka dirawat di rumah sakitnya dan empat orang di RS Delta Surya.
Sedangkan, 45 korban luka lainnya dilarikan ke RS Islam Siti Hajar.
Penyebab Ponpes Al Khoziny Buduran Sidoarjo Ambruk
Pengasuh Pondok Pesantren Al Khoziny, KH Abdus Salam Mujib mengatakan insiden itu diduga penopang cor tidak kuat.
Muji menyebut saat kejadian bangunan sedang dalam tahap pengecoranakhir di bagian atas atau dek.
“Sepertinya penopang cor itu tidak kuat. Jadi seperti menopang ke bawah,” kata Mujib.
“Ini pengecoran yang terakhir saja, itu jebol. Ya, hanya itu. Sudah lama, sudah 9 bulan. Kurang lebih 9 sampai 10 bulan,” sambungnya.
Mujib juga menyampaikan permohonan maaf kepada para korban insiden tersebut.
“Ya saya kira ini takdir dari Allah, jadi semuanya harus bisa bersabar. Dan mudah-mudahan juga diberi diganti oleh Allah yang lebih baik,” kata Mujib.
Tentang Ponpes Al Khoziny Buduran Sidoarjo
Ponpes Al Khoziny Buduran Sidoarjo berlokasi di Jalan KHR Moh Abbas I/18, Desa Buduran, Sidoarjo.
Pesantren itu merupakan salah satu pesantren tertua di Jatim yang juga dikenal sebagai Pesantren Bududran yang telah lama menjadi pusat pembinaan ulama dan melahirkan banyak tokoh penting agama.
Dikutip dari laman Nahdlatul Ulama (NU) Online, nama pesantren diambil dari pendirinya, KH Raden Khozin Khoiruddin.
Sebelum mendirikan Ponpes Al Khoziny, Kiai Khozin mengasuh salah satu pondok pesantren di Siwalan Panjil.
Semula, Ponpes di Bubduran dibuat oleh kediaman putranya, KH Moch Abbas yang baru kembali dari menuntut ilmu di Makkah selama kurang lebih 10 tahun.
Kedatangan KH Moch Abbas disambut baik masyarakat setempat, sehingga pondok ini berkembang menjadi pesantren.
KH Moch Abbas meneruskan amanat Kiai Khozin, termasuk mengadakan khataman tafsir Jalalain hingga pesantren semakin dikenal luas.
Dalam perjalanannya, Ponpes Al Khoziny menjadi tempat menimba ilmu bagi banyak santri yang kemudian menjadi ulama penting di Indonesia.
Pada awalnya, pondok ini hanya mengajarkan pendidikan salaf dengan tingkatan Ula, Wustho, dan Ulya, di mana setiap santri mempelajari kitab kuning sesuai tingkatan.
Materi dasar yang dipelajari meliputi Tauhid, Fiqih, Nahwu, dan Tafsir.
Seiring berjalannya waktu, ponpes ini mulai mengembangkan pendidikan formal yang sudah dimulai sejak masa kepemimpinan KH Moch Abbas.
Dikutip dari Facebook Wahid Foundation, berikut beberapa jenjang pendidikan yang didirikan saat itu.
- 1964: Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI), kemudian menjadi Madrasah Tsanawiah Al Khoziny
- 1970: Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI), diubah menjadi Madrasah Aliyah Al Khoziny
- 1970: Sekolah Persiapan A dan B, menjadi Madrasah Ibtidaiyah Al Khoziny
Kepemimpinan pesantren usai wafatnya KH Moch Abbas pada 1978 dilanjutkan putranya, KH Abdul Mujib Abbas yang membuat pondok terus berkembang, termasuk pendirian pendidikan tinggi, di antaranya:
- 1982: Sekolah Tinggi Diniyah
- 1993: ST Diniyah diformalisasi menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ). Kini berubah menjadi Institut Agama Islam (IAI) Al Khoziny
Di bawah kepemimpinan KH Abdul Mujib Abbas, Ponpes Al Khoziny terus berkembang, baik dari sisi pendidikan formal maupun pengajaran salaf.
Selain itu, ia juga menekankan pengembangan aspek spiritual santi yang menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari di pondok.