Penggunaan 4 Gajah untuk Bersihkan Puing Banjir di Aceh Tuai Kritik Etis dari Masyarakat
HAIJAKARTA.ID – Penggunaan 4 gajah untuk bersihkan puing banjir di Aceh, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengerahkan gajah jinak tersebut untuk membantu membersihkan puing pascabencana banjir di Pidie Jaya, Aceh, Senin (8/12).
Penggunaan 4 gajah untuk bersihkan puing banjir bernama Abu, Mido, Ajis, dan Noni diturunkan untuk menarik tumpukan kayu, lumpur, serta material berat yang terseret arus banjir di kawasan paling terdampak.
Menurut BKSDA Aceh, keempat satwa tersebut dipilih karena memiliki pengalaman dalam penanganan bencana, termasuk saat pembersihan material setelah tsunami Aceh pada 2004.
Namun, langkah ini memicu sorotan dari sebagian masyarakat yang menilai penggunaan satwa dilindungi sebagai tenaga pembersih bukanlah pilihan etis. Kritik tersebut ramai disampaikan melalui media sosial.
Salah satu suara datang dari akun Instagram @indiradiandra, yang menyampaikan keberatan terhadap pemanfaatan gajah dalam operasi pembersihan.
“Kami menyampaikan keprihatinan mendalam atas penggunaan gajah untuk membantu pembersihan jalan pasca bencana di Aceh. Kami memahami beratnya koordinasi dan besarnya tekanan di lapangan. Situasi darurat selalu menuntut keputusan cepat. Namun, gajah bukan alat berat,” tulisnya.
Ia menekankan bahwa gajah adalah makhluk cerdas, sosial, dan sensitif yang selama ini justru paling terdampak akibat hilangnya habitat. Dalam unggahannya, ia juga menyarankan sejumlah alternatif yang dinilai lebih aman dan etis bagi satwa.
Beberapa opsi yang diusulkan meliputi pendayagunaan alat berat tambahan melalui koordinasi lintas instansi, menggerakkan jejaring relawan nasional, serta penggunaan teknologi geospasial untuk memetakan area prioritas pembersihan.
Ia juga mengusulkan kolaborasi dengan organisasi kemanusiaan dan satwa untuk memastikan keselamatan manusia dan hewan.
Meski begitu, ia meyakini BKSDA Aceh memiliki tujuan yang sama: mempercepat pemulihan daerah terdampak dan melindungi makhluk hidup di dalamnya.
“Kami berharap rencana ini dapat ditinjau kembali demi kebaikan seluruh makhluk yang terdampak. Terima kasih sudah berjuang di garis depan,” tambahnya.
Hingga berita ini diturunkan, BKSDA Aceh belum memberikan keterangan lanjutan mengenai respons atas kritik tersebut maupun kemungkinan evaluasi metode pembersihan di lokasi banjir.

