Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA.ID –  Shelmi (58), seorang penjual jasa tukar uang recehan di kawasan Tamansari, Jakarta Barat menyampaikan hanya mendapatkan keuntungan dari penjualannya sebanyak 5 persen.

“Kalau beli Rp 100.000, ya biayanya Rp15.000. Rp 10.000 ke bos aku dapatnya Rp 5.000,” ucap Shelmi saat ditemui di lokasi, Rabu (3/4/2024).

Perempuan yang tengah bekerja selama 30 tahun ini mengaku bahwa ia harus membeli plastik pembungkus dengan uang hasil dagangannya itu.

Hal itu membuat ia semakin mendapat keuntungan yang relatif sedikit.

“Belum saya beli plastiknya. Gitu lah,” kata dia.

Jika mendekati hari lebaran, Shelmi baru mendapatkan Rp 200.000 jika ia berhasil menjual sebanyak Rp 20 juta.

Di hari lain pemasukannya yang ia dapatkan tidak menentu. Perempuan ini mengaku bahwa dirinya terpaksa menjadi penjual jasa tukar uang karena suaminya telah meninggal dunia, sedangkan di rumah ia memiliki tiga orang anak yang harus dibiayai.

“Misal dapat Rp 1 juta satu bulan, ya enggak berasa uangnya untuk kebutuhan ini itu,” tutur Shelmi.

Shelmy mengungkapkan bahwa saat ini dia mengalami kesulitan dalam mendapatkan stok uang baru. Permintaan akan uang baru, terutama dalam bentuk recehan, meningkat signifikan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah.

“Ya, memang sedang sulit, sudah sejak Imlek hingga sekarang,” ujar Shelmi. Dia mengakui bahwa stok uang recehan yang masih baru dia dapatkan dari seorang ‘bos’ di daerah Bintaro, Jakarta Selatan.

Namun, selama 30 tahun menjalankan bisnis penukaran uang baru, Shelmi sudah berganti-ganti bos penyetok uang recehan tersebut.

Saat ini, Shelmi hanya mampu menyediakan uang receh baru sebesar Rp 20 juta setiap harinya. Namun, jumlah tersebut habis terjual hanya dalam waktu tiga jam.

“Saya tidak tahu bagaimana bos bisa mendapatkannya. Pada dasarnya, saya hanya mampu menangani Rp 20 juta saja. Namun, itu pun habis dengan cepat,” ujar Shelmi, mengekspresikan kebingungannya.