Perbedaan Kurikulum Merdeka dan Kurikulum Deep Learning, Mana yang Lebih Baik?
HAIJAKARTA.ID- Perbedaan Kurikulum Merdeka dan Kurikulum Deep Learning, kira kira mana yang lebih baik?
Pendidikan di Indonesia terus berkembang, dengan perubahan kurikulum yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi siswa dan membekali mereka dengan keterampilan abad ke-21.
Saat ini, Kurikulum Merdeka dan pendekatan Deep Learning menjadi dua konsep pendidikan yang sering diperbincangkan.
Meski memiliki beberapa persamaan, keduanya memiliki tujuan dan pendekatan yang berbeda dalam implementasinya.
1. Fokus Utama
Kurikulum Merdeka bertujuan memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menyusun kurikulum yang relevan dengan kondisi lokal dan kebutuhan siswa.
Dengan menekankan fleksibilitas, guru memiliki peran penting dalam memilih materi dan metode pengajaran yang sesuai.
Di sisi lain, Deep Learning atau pembelajaran mendalam lebih berfokus pada peningkatan pemahaman siswa melalui eksplorasi mendalam dan pemecahan masalah secara kritis.
2. Pendekatan Pembelajaran
Dalam Kurikulum Merdeka, pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered) dengan memberi ruang bagi pengembangan karakter dan keterampilan abad ke-21 seperti kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.
Kurikulum ini mendorong proyek kolaboratif dan aktivitas yang memungkinkan siswa belajar aktif.
Sementara itu, Deep Learning menggunakan pendekatan berbasis pemahaman konsep mendalam, di mana siswa tidak hanya menghafal tetapi memahami dan mengaplikasikan pengetahuan dalam situasi nyata.
Ini melibatkan kegiatan seperti Project-Based Learning (PjBL) dan Problem-Based Learning (PBL), yang menuntut siswa untuk melakukan riset dan analisis.
3. Struktur dan Fleksibilitas
Kurikulum Merdeka memberikan kerangka luas bagi sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dan situasi lokal.
Kebijakan ini berfokus pada struktur dan organisasi kurikulum, memberi keleluasaan dalam penerapan berbagai metode belajar.
Sementara itu, Deep Learning bukan kurikulum struktural melainkan sebuah pendekatan yang dapat diterapkan dalam berbagai kurikulum.
Deep Learning fokus pada metode untuk mengembangkan pemahaman siswa secara mendalam, dengan menggunakan teknologi dan alat-alat digital sebagai pendukung.
4. Peran Teknologi
Teknologi memiliki peran signifikan dalam Deep Learning karena digunakan untuk memperkaya proses pembelajaran, seperti simulasi, video interaktif, dan aplikasi pembelajaran yang membantu siswa memahami materi lebih mendalam.
Kurikulum Merdeka juga mendorong penggunaan teknologi, tetapi lebih sebagai alat pendukung pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual, sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa.
5. Pengembangan Karakter
Kurikulum Merdeka menekankan pengembangan karakter siswa yang kuat melalui integrasi nilai-nilai seperti integritas, empati, dan tanggung jawab dalam kegiatan belajar.
Deep Learning, di sisi lain, mengembangkan karakter melalui proses berpikir kritis dan penyelesaian masalah.
Keterampilan yang dikembangkan melalui Deep Learning seperti kolaborasi, berpikir kritis, dan kreativitas sangat dibutuhkan dalam dunia kerja masa depan, sehingga siswa tidak hanya siap dari sisi akademis, tetapi juga mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja yang dinamis.
Jadi, Kurikulum Merdeka dan pendekatan Deep Learning memiliki perbedaan pada fokus dan pendekatan.
Merdeka memberikan kebebasan dan kerangka untuk menciptakan proses pembelajaran yang relevan, sedangkan Deep Learning mendukung pencapaian tujuan tersebut dengan pendekatan yang lebih mendalam dan terfokus pada pemahaman.
Dengan menggabungkan keduanya, diharapkan siswa dapat belajar lebih efektif dalam memahami materi secara mendalam, dan menerapkannya dalam kehidupan nyata, menjadikan mereka lebih siap untuk menghadapi tantangan di masa depan.