Populasi 9 Macan Tutul di Tangkuban Perahu Tertangkap Kamera, Ini Kata Humas BBKSDA Jabar
HAIJAKARTA.ID – Seekor macan tutul kabur dari penangkaran di Lembang Park and Zoo, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, sejak Kamis (28/8/2025) dini hari.
Hingga Jumat (29/8/2025) pagi, satwa tersebut belum juga ditemukan meski petugas gabungan terus menyisir area dalam maupun luar kebun binatang.
Humas Lembang Park and Zoo, Miftah Setiawan, menyebut tanda-tanda keberadaan macan tutul sempat terdeteksi di sekitar lokasi, namun upaya penangkapan masih menemui kendala.
Untuk itu, tiga tim gabungan yang terdiri dari TNI-Polri, BBKSDA, dokter hewan, penembak jitu, hingga penembak bius dilibatkan dalam operasi pencarian.
Miftah menegaskan, prioritas utama adalah menangkap satwa dilindungi ini dalam keadaan hidup.
Namun, jika dianggap membahayakan, pihak berwenang sudah menyiapkan opsi untuk menembak mati.
Penelitian BBKSDA Temukan Sembilan Macan Tutul di Tangkuban Perahu
Seiring pencarian, fakta mengejutkan terungkap dari penelitian Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat.
Satwa yang lepas dari Lembang Park and Zoo ternyata bukan satu-satunya, sebab dalam kamera trap terekam sembilan Macan Tutul lain di kawasan Gunung Tangkuban Perahu.
Humas BBKSDA Jabar, Eri Mildranaya, menuturkan bahwa kawasan hutan lindung di kaki Tangkuban Perahu memang merupakan habitat asli macan tutul.
“Berdasarkan penelitian, ada sembilan ekor macan tutul terekam kamera di kawasan itu. Populasinya masih bertahan di alam liar,” jelasnya di Bandung, Rabu (10/9/2025).
Dugaan Macan Tutul Sudah Masuk Hutan Lindung
Temuan ini membuat tim yakin bahwa macan tutul yang kabur kini sudah masuk ke hutan lindung.
Jejak kaki terakhir bahkan ditemukan di area pertanian serta lahan kosong yang langsung berbatasan dengan hutan.
“Kami menyasar rumah-rumah warga dan kandang ternak di jalur pergerakan satwa. Jejak terakhir terlihat di lahan pertanian yang mengarah ke kawasan hutan lindung. Maka kami simpulkan satwa itu sudah masuk ke kawasan,” ujar Eri.
Koordinator tim pencarian, Ujang Acep, menambahkan bahwa macan tutul punya kemampuan adaptasi tinggi.
“Kalau sudah lewat dua hari, kemungkinan besar sudah jauh masuk ke dalam hutan. Jadi besar kemungkinan kini satwa itu berada di kaki Gunung Tangkuban Perahu,” ucapnya.
Teknologi Drone Thermal Dipakai Pantau Pergerakan
Untuk memastikan keberadaan macan tutul di Tangkuban Perahu, tim pencarian mengandalkan drone thermal setiap malam.
Teknologi ini dianggap paling efektif untuk mendeteksi satwa liar di hutan lebat.
BBKSDA juga meminta masyarakat tetap tenang namun waspada.
“Macan tutul cenderung menghindar dari manusia, bukan menyerang. Jadi warga tidak perlu panik,” tambah Eri.