Profil dan Kontroversi Bonyadifard Mooud Wasit Timnas Indonesia vs Jepang
HAIJAKARTA.ID – Pertandingan krusial antara Timnas Indonesia dan Jepang dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Ronde 3 Zona Asia akan dipimpin oleh wasit asal Iran, Bonyadifard Mooud.
Penunjukkan Mooud sebagai wasit utama merupakan hasil dari permintaan khusus pihak PSSI. Mereka menghendaki agar wasit yang memimpin pertandingan tidak berasal dari kawasan yang sama dengan kedua tim, demi menjaga netralitas dan keadilan selama pertandingan berlangsung.
Masalah wasit sempat menjadi sorotan bagi Timnas Indonesia, terutama setelah laga kontroversial melawan Bahrain pada Jumat (11/10/2024).
Profil Wasit Bonyadifard Mooud
Bonyadifard Mooud lahir di Shahrekord, Iran, pada 8 September 1985. wasit berusia 39 tahun tersebut sudah mengantongi lisensi FIFA sejak 2013, serta kerap memandu jalannya pertandingan di Persian Gulf Pro League alias Liga Iran, kompetisi sepak bola teratas di Iran. Pengalamannya yang luas di liga-liga Asia menjadikannya sosok yang dihormati di lapangan.
- Nama Lengkap: Bonyadifard Mooud
- Tempat Lahir: Shahrekord, Iran
- Tanggal Lahir: 08 September 1985
- Umur: 39 Tahun
- Penugasan: AFC Champions League, Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Persian Gulf Pro League (Liga Iran)
Kontroversi Wasit Bonyadifard Mooud
Bonyadifard Mooud bukanlah sosok baru di dunia sepak bola Indonesia. Wasit asal Iran ini pernah beberapa kali memimpin pertandingan di kompetisi tertinggi Tanah Air, Liga 1.
Salah satu laga yang paling diingat adalah duel panas antara Persija Jakarta melawan PSM Makassar pada musim 2017.
Pertandingan yang berlangsung di Stadion Patriot Candrabhaga itu diwarnai sejumlah keputusan kontroversial dari Mooud.
Salah satu insiden yang menjadi sorotan adalah saat ia mengganjar kartu kuning kepada Wiljan Pluim, gelandang PSM Makassar. Tak hanya itu, Mooud juga memberikan penalti untuk Persija Jakarta setelah Hamka Hamzah dinilai melanggar penyerang Persija, Reinaldo Elias da Costa.
Puncak kontroversi terjadi di menit ke-82 ketika Mooud menganulir gol Wiljan Pluim yang sempat membuat PSM unggul.
Ia menganggap Pluim melakukan handball sebelum mencetak gol, sebuah keputusan yang langsung memicu protes keras dari kubu PSM. Pelatih PSM saat itu, Robert Rene Alberts, bahkan diusir dari lapangan karena dianggap melakukan protes berlebihan.
Dengan dianulirnya gol tersebut, pertandingan berakhir imbang 2-2, menggagalkan peluang PSM Makassar untuk meraih kemenangan.
Di akhir musim, PSM Makassar finis di peringkat kedua, hanya terpaut tiga poin dari juara Liga 1 2017, Bhayangkara FC. Keputusan-keputusan Mooud dalam laga tersebut masih dikenang sebagai momen kontroversial dalam sejarah sepak bola Indonesia.