Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA.ID – Kepemimpinan di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) resmi berada sepenuhnya di bawah Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar setelah Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya tidak lagi menjabat sebagai Ketua Umum PBNU.

Informasi ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor 4785/PB.02/A.II.10.01/99/11/2025 yang telah dikonfirmasi oleh A’wan PBNU Abdul Muhaimin serta Katib PBNU Ahmad Tajul Mafakhir pada Rabu, 26 November 2025.

Surat tersebut menjelaskan bahwa selama terjadi kekosongan jabatan ketua umum, kepemimpinan PBNU berada sepenuhnya di tangan Rais Aam sebagai pimpinan tertinggi organisasi.

“Untuk selanjutnya, selama kekosongan jabatan Ketua Umum PBNU sebagaimana dimaksud, maka kepemimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sepenuhnya berada di tangan Rais Aam selaku Pimpinan Tertinggi Nahdlatul Ulama,” demikian bunyi surat edaran tersebut.

Dalam surat itu juga ditegaskan bahwa Gus Yahya tidak lagi memiliki wewenang ataupun hak untuk menggunakan atribut, fasilitas, serta seluruh hal yang melekat pada jabatan Ketua Umum PBNU. Ia juga tidak berwenang bertindak untuk dan atas nama Perkumpulan Nahdlatul Ulama terhitung mulai 26 November 2025 pukul 00.45 WIB.

Sekilas Profil KH Miftachul Akhyar

KH Miftachul Akhyar, yang kini memegang kendali kepemimpinan PBNU sebagai Rais Aam, lahir pada 1953 dari keluarga pesantren di Surabaya.

Ia merupakan putra KH Abdul Ghoni, pengasuh Pondok Pesantren Akhlaq Rangkah. Sebagai anak kesembilan dari 13 bersaudara, Miftachul Akhyar tumbuh dalam lingkungan pendidikan Islam tradisional dan budaya Nahdlatul Ulama (NU) sejak usia dini.

Mengutip catatan Lembaga Ta’lif wan Nasyr NU (LTNNU), perjalanan pendidikannya ditempa di sejumlah pesantren besar di Indonesia. Ia menimba ilmu di Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang, Pesantren Sidogiri Pasuruan, serta Pesantren Lasem.

Kiai Miftachul juga memperluas pemahaman keislamannya melalui Majelis Ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi al-Makki al-Maliki di Malang.

Saat ini, ia memimpin Pondok Pesantren Miftachus Sunnah di Surabaya, sekaligus melanjutkan tradisi intelektual keluarga besarnya. Kiprahnya di NU terentang panjang sejak awal 2000-an. Ia menjabat Rais Syuriyah PCNU Surabaya pada periode 2000–2005, kemudian menjadi Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur selama dua periode, yaitu 2007–2013 dan 2013–2018.

Pada tingkat nasional, KH Miftachul Akhyar dipercaya sebagai Wakil Rais Aam PBNU pada 2015–2020, sebelum akhirnya ditunjuk menjadi Rais Aam PBNU pada 2018 menggantikan KH Ma’ruf Amin yang maju sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 2019.

Selepas KH Ma’ruf Amin resmi menjabat wakil presiden, kiprah Kiai Miftachul meluas ke Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia terpilih sebagai Ketua Umum MUI pada 2020, mengungguli sejumlah tokoh lain seperti Dr. Anwar Abbas, Nasaruddin Umar, Amirsyah Tambunan, dan KH Muhyidin Djunaidi.

Dengan rekam jejak panjang di pesantren dan organisasi keagamaan, KH Miftachul Akhyar kini kembali memegang peran sentral dalam kepemimpinan PBNU.