Puluhan Anak di Cakung Sakit Gegara Uji Coba RDF Rorotan, Warga Gelar Aksi Demo 10 November 2025
HAIJAKARTA.ID – Sebanyak 20 anak yang tinggal di RT 18 Cakung Timur, Jakarta Timur, dikabarkan mengalami gangguan kesehatan setelah berlangsungnya uji coba RDF Rorotan atau Refuse-Derived Fuel Plant.
Warga menduga aktivitas uji coba fasilitas pengolahan sampah itu menyebabkan pencemaran udara di lingkungan mereka.
Puluhan Anak di Cakung Sakit Gegara Uji Coba RDF Rorotan
Ketua RT 18 Cakung Timur, Wahyu Andre Maryono, mengungkapkan bahwa warganya mengalami berbagai penyakit yang diduga berkaitan dengan kualitas udara di sekitar lokasi.
“Benar, ada 20 anak yang jatuh sakit karena gangguan pernapasan dan iritasi mata. Itu baru dari RT kami, belum wilayah lain,” ujarnya di Jakarta, Senin (3/11/2025).
Menurut Wahyu, anak-anak itu mulai sakit sejak Oktober 2025, bersamaan dengan dimulainya uji coba RDF Rorotan.
Ia menambahkan bahwa sebagian warga memilih berobat ke rumah sakit, sementara lainnya melakukan pengobatan mandiri di rumah.
“Sebagian sudah membaik, namun masih ada lima anak yang hingga kini belum pulih,” jelasnya.
Berdasarkan pendataan, gejala yang dialami para anak di antaranya batuk pilek, muntah, iritasi mata, hingga infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Usia mereka berkisar antara dua hingga sembilan tahun.
Wahyu menyebutkan beberapa nama anak yang terdampak, seperti NT (4), KN (2), YN (7 bulan), AX (9), hingga KP.
“Mereka mengalami gejala yang berbeda-beda, tetapi rata-rata disebabkan udara yang tidak sehat,” tutur Wahyu.
Ia mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar turun tangan serius menangani persoalan ini.
“Kami ingin pemerintah memperhatikan kondisi warga yang terkena dampak dari aktivitas RDF Rorotan,” ujarnya.
Warga Gelar Aksi Demo
Warga sekitar fasilitas pengolahan sampah RDF Rorotan berencana menggelar demonstrasi pada 10 November 2025.
Aksi tersebut merupakan yang kedua kalinya dan bertujuan mendesak penghentian kegiatan pengolahan sampah yang dinilai mencemari udara.
“Ini aksi kedua kami, dan tuntutannya tetap sama, yakni menutup RDF Rorotan,” kata Wahyu yang juga menjadi Koordinator Forum Warga.
Menurutnya, uji coba RDF Rorotan yang berlangsung sejak 1 Oktober 2025 tidak berjalan sesuai standar operasional prosedur (SOP).
“Bau menyengat masih muncul karena aktivitas bongkar muat dilakukan tanpa penutupan rapat. Air lindi juga tumpah di jalan akibat truk pengangkut yang tidak tertutup rapat,” jelasnya.
Ia menilai kondisi tersebut berpotensi besar mencemari lingkungan dan menimbulkan sumber penyakit baru bagi warga sekitar.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menegaskan pihaknya akan menyelesaikan keluhan warga terhadap uji coba RDF Rorotan. Ia berencana turun langsung ke lokasi dalam waktu dekat.
“Persoalan RDF Rorotan harus segera dituntaskan. Saya akan menemui warga dan mengecek langsung ke lapangan,” kata Pramono di Balai Kota, Senin (3/11/2025).
Menurut Pramono, salah satu penyebab bau tidak sedap berasal dari air lindi, yaitu limbah cair dari timbunan sampah yang terbawa saat proses pengangkutan.
“Masalahnya ada di truk pengangkut dan sistem penyimpanan sampah. Sampah seharusnya tidak lebih dari lima hari di RDF Rorotan,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto menyampaikan bahwa uji coba RDF Rorotan telah dilakukan dengan tambahan alat pengendali emisi dan sistem penghilang bau.
Ia menuturkan uji coba dimulai sejak 1 Oktober 2025 dan akan berlanjut hingga akhir tahun.
“November ini RDF Rorotan kami targetkan siap beroperasi penuh,” ujar Asep pada Jumat, 17 Oktober 2025.
RDF Rorotan memiliki tiga bunker sampah berkapasitas total 2.500 ton per hari, diklaim sebagai fasilitas RDF terbesar di dunia.
Selama masa uji coba, kapasitas pengolahan meningkat dari 30 ton menjadi 200 ton per hari.
Asep menambahkan bahwa pihaknya sudah menambah deodorizer, sistem pengendali gas buang, serta alat induced-draft fan untuk mengoptimalkan sirkulasi udara agar bau tidak menyebar.
