Pungli Jukir di Bundaran HI Minta Bayaran Rp10 Ribu per Meter Heboh di Medsos, Pramono: Saya Kirim Satpol PP ke Sana
HAIJAKARTA.ID – Aksi praktik pungutan liar (pungli) oleh juru parkir liar saat hendak nongkrong di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, pada Rabu dini hari, 23 Juli 2025 membuat banyak warga resah.
Cerita ini viral setelah dibagikan melalui media sosial karena mencerminkan keresahan publik terhadap keberadaan jukir liar di Bundaran HI.
Kesaksian Pungli Jukir di Bundaran HI, Jakpus
Menurut kesaksian, kejadian terjadi sekitar pukul 02.30 WIB. “Saya dari Bogor ke Jakarta, mau nongkrong sebentar di HI.
Baru juga beli kopi, belum lima menit, sudah ada orang datang minta uang parkir,” ungkap korban.
Korban mengaku awalnya menolak karena merasa belum memarkir kendaraan dalam jangka waktu lama.
Namun, jukir liar tersebut justru memaksa dan bahkan mengajak berdebat.
“Orangnya maksa banget, minta Rp10 ribu untuk satu meter. Udah dikasih masih nyolot aja. Alasannya mau pulang. Kita aja belum turun dari motor,” ujarnya dikutip dari akun Instagram @jakartapusat.info.
Akhirnya, karena khawatir situasi semakin memanas, mereka terpaksa membayar Rp20 ribu hanya untuk 4 meter area parkir.
Respons Gubernur
Menanggapi laporan soal pungli jukir di Bundaran HI, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyatakan bahwa pemerintah akan segera mengambil tindakan.
Ia menegaskan bahwa Satpol PP akan diterjunkan untuk menertibkan para juru parkir liar yang kerap meresahkan warga.
“Saya akan segera kirim Satpol PP ke sana,” ucap Pramono saat diwawancarai di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (24/7/2025).
Warga Diminta Berani Lapor Jika Temukan Pungli
Pramono juga mengimbau masyarakat agar tidak ragu melaporkan praktik pungli jukir di Bundaran HI atau lokasi lainnya.
“Informasi seperti ini sangat kami butuhkan. Kami tidak menutup mata bahwa Jakarta masih punya banyak kekurangan,” ujarnya.
Ia bahkan menyarankan agar warga mendokumentasikan kejadian berupa foto atau video agar penindakan bisa lebih cepat dan tepat sasaran.
Gubernur Pramono mengakui bahwa menata kota sebesar Jakarta dengan populasi lebih dari 11 juta jiwa bukanlah tugas ringan.
Namun, ia menegaskan komitmennya untuk merespons setiap keluhan warga.
“Setiap keresahan warga akan kami tindaklanjuti. Kalau ada laporan, kami akan kerja berdasarkan informasi itu,” tegasnya.