Sudah Satu Bulan Tapi Kucing Belum Mau BAB di Toilet? Waspadai Kesalahan Fatal Ini!

HAIJAKARTA.ID- Sudah satu bulan tapi kucing belum mau BAB di Toilet? Begini cara melatih yang benar!
Melatih kucing untuk buang air di toilet mungkin terdengar seperti misi mustahil bagi sebagian orang, namun bagi sebagian pemilik hewan.
Hal ini merupakan upaya serius yang dapat mengurangi pengeluaran untuk pasir kucing serta menghemat waktu dalam membersihkan litter box setiap hari. Meski demikian, proses ini tidak selalu berjalan mulus.
Salah satu contoh nyata datang dari pengalaman seorang pemilik kucing bernama Rambo, yang mencoba melatih kucingnya untuk buang air di toilet selama empat minggu penuh, namun berakhir dengan keputusan yang mengecewakan.
Proses Dimulai dengan Harapan Tinggi
Sang pemilik memulai toilet training Rambo dengan penuh optimisme, terutama setelah upaya pertamanya gagal karena menggunakan alat toilet training yang kualitasnya kurang baik.
Alat sebelumnya ternyata tidak mampu menopang berat badan Rambo yang mencapai enam kilogram.
Belajar dari kegagalan itu, ia pun memutuskan untuk membeli alat pelatihan baru yang diklaim lebih kuat dan dirancang khusus untuk menunjang proses toilet training selama dua hingga tujuh minggu.
Peralatan ini terdiri dari beberapa lapisan ring plastik yang dapat dilepas satu per satu untuk secara bertahap membuat kucing terbiasa buang air langsung ke dalam lubang toilet.
Langsung ke Langkah Inti Pelatihan
Pada umumnya, proses toilet training untuk kucing dilakukan dalam tiga tahap.
Namun karena litter box Rambo memang sudah berada di dekat toilet, sang pemilik memutuskan untuk melewatkan langkah pertama dan langsung memasuki tahap kedua, yakni memasang alat toilet training di atas kloset.
Agar Rambo tidak merasa asing dengan bau pasir yang baru, sang pemilik mencampurkan pasir bekas dari litter box Rambo dengan pasir bersih di atas alat pelatihan. Tujuannya agar transisi ini terasa lebih alami bagi si kucing.
1. Hari-Hari Pertama: Rintangan Awal yang Berat
Dalam dua hari pertama, Rambo menolak menggunakan toilet barunya. la tampak bingung, stres, bahkan tidak buang air sama sekali pada hari pertama.
Namun, pada hari kedua, mulai tampak tanda-tanda positif. Rambo mulai mencoba duduk di atas toilet, walau masih canggung.
2. Minggu Pertama: Proses Adaptasi yang Melelahkan
Memasuki minggu pertama, meski Rambo mulai terbiasa, sang pemilik harus menghadapi tantangan baru.
Rambo masih suka mengais pasir yang berada di atas alat toilet training, yang menyebabkan pasir tercecer ke lantai.
Aktivitas ini membuat pemilik harus rajin menyapu hingga dua atau tiga kali dalam sehari, demi memastikan kebersihan tetap terjaga dan mencegah Rambo buang air di sembarang tempat.
Alat toilet training juga perlu dibersihkan setiap kali Rambo menggunakannya, yang tentu menambah beban pekerjaan harian.
3. Minggu Kedua dan Ketiga: Munculnya Harapan Baru
Setelah melewati minggu pertama yang cukup melelahkan, perubahan positif mulai terlihat di minggu kedua.
Frekuensi pembersihan pun berkurang karena Rambo mulai bisa menjaga kebersihan. Dua ring pertama dari alat toilet training sudah dilepas, yang artinya lubang toilet kini lebih terbuka.
Saat minggu ketiga tiba, Rambo terlihat semakin terbiasa dan bahkan mulai mahir menggunakan toilet.
la buang air tanpa mengais pasir sembarangan, dan hal ini menumbuhkan kepercayaan diri sang pemilik bahwa proses toilet training akan membuahkan hasil manis.
4. Minggu Keempat: Harapan Pupus oleh Stres
Sayangnya, keberhasilan itu tak bertahan lama. Memasuki minggu keempat, setelah ring terakhir dilepas, lubang toilet menjadi sangat terbuka.
Hal ini justru membuat Rambo enggan buang air besar. la hanya buang air kecil, dan menahan pup hingga berhari-hari.
la mengeong terus-menerus sebagai tanda tidak nyaman, bahkan terlihat stres dan cemas setiap kali ingin buang air besar.
Sang pemilik berharap Rambo akan beradaptasi seiring waktu, namun kenyataannya justru sebaliknya. Semakin hari, Rambo makin menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan.
5. Keputusan Akhir: Kembali ke Litter Box Konvensional
Melihat kondisi Rambo yang tidak membaik, sang pemilik akhirnya memutuskan untuk menghentikan toilet training dan mengembalikan litter box ke posisi semula.
Meskipun keputusan ini cukup mengecewakan setelah empat minggu usaha, kesejahteraan Rambo tetap menjadi prioritas utama.
Apakah Toilet Training Kucing Layak Dicoba?
Jawaban singkatnya: layak dicoba, tapi tidak untuk semua kucing. Meskipun toilet training memiliki banyak manfaat seperti mengurangi limbah pasir dan mempermudah kebersihan rumah, tidak semua kucing siap menjalani proses ini.
Beberapa kucing mungkin berhasil dalam hitungan minggu, tapi ada juga yang mengalami tekanan mental dan stres berlebihan, seperti Rambo.
Setiap kucing memiliki kepribadian unik. Ada yang mudah beradaptasi dan penasaran, tapi ada juga yang sensitif dan enggan menerima perubahan drastis.
Tips Penting Sebelum Memulai Toilet Training Kucing
Jika kamu tertarik mencoba toilet training untuk kucingmu, simak beberapa tips penting berikut ini:
- Gunakan alat toilet training yang kokoh dan sesuai dengan berat badan kucing. Alat yang tidak kuat bisa membuat kucing trauma.
- Amati reaksi kucing selama minggu pertama. Tanda-tanda stres harus menjadi perhatian utama.
- Jaga kebersihan toilet training setiap saat. Kucing bisa menolak tempat kotor dan malah mencari alternatif buang air lain.
- Bersiaplah dengan opsi mundur. Jika kucing terlihat tidak nyaman, sebaiknya kembalikan litter box seperti semula.
- Jangan pernah memaksakan proses. Adaptasi setiap kucing berbeda-kesabaran dan empati adalah kunci keberhasilan.
Toilet training kucing memang menggoda untuk dicoba. Namun, yang terpenting adalah kesejahteraan si kucing. Jangan sampai keinginan praktis kita justru membuat mereka tidak bahagia.
Kalau kamu merasa kucingmu termasuk tipe yang aktif, penasaran, dan tidak mudah stres, toilet training bisa jadi solusi jangka panjang yang menarik.
Tapi bila kucingmu tergolong sensitif dan mudah cemas, litter box konvensional tetap pilihan terbaik.