sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA.ID – Sebuah foto tentang area gundul di lereng Gunung Slamet ramai beredar dan memicu dugaan adanya aktivitas tambang ilegal.

Dalam gambar tersebut tampak guratan berwarna cokelat yang menyerupai jalur panjang di tengah hijaunya pegunungan.

Menanggapi hal itu, Kepala Cabang Dinas ESDM Wilayah Slamet Selatan, Mahendra Dwi Atmoko, memberikan klarifikasi.

Ia menegaskan bahwa gurat kecokelatan itu bukanlah bekas tambang, melainkan sisa pembukaan akses jalan untuk proyek panas bumi pada 2018.

Menurutnya, area tersebut sekarang sudah kembali tertutup rumput dan menghijau.

“Itu sebenarnya gambar tahun 2018. Waktu itu pembukaan akses jalan proyek panas bumi. Sekarang sudah hijau lagi, sudah jadi rumput lah bahasanya. Kalau dibilang tambang, salah besar itu,” kata Mahendra.

Lereng Gunung Slamet Gundul

Mahendra menjelaskan, isu ini mencuat karena berbarengan dengan ramainya pemberitaan tentang aktivitas tambang galian C di Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang, Banyumas.

“Yang viral itu yang Gandatapa. Kadang-kadang gambar panas bumi yang cokelat-cokelat itu disandingkan dengan tambang di Desa Gandatapa. Padahal itu dua hal berbeda,” ujarnya.

Mahendra juga mengakui bahwa meski tambang di Gandatapa memiliki izin, teknik penambangannya dinilai tidak aman karena berisiko longsor bagi para pekerja.

“Kita temukan teknik penambangannya tidak baik. Bukan mengancam masyarakat, tapi pekerjanya. Nanti akan kita beri teguran agar ditata lagi. Mengancam keselamatan pekerja karena lerengnya terlalu tinggi dan terjal. Jadi nanti kalau lereng di atasnya runtuh, pekerja di bawahnya bisa terkena dampaknya,” jelasnya.

Ia memastikan bahwa aktivitas tambang di Banyumas skalanya kecil dan tidak akan menimbulkan bencana besar seperti yang terjadi di Sumatera.

“Luas izin tambang paling 5 hektare, bukaan aktif baru sekitar 2 hektare. Untuk sampai menyebabkan longsor seperti di Sumatera itu masih jauh,” katanya.