BMKG Ungkap Prediksi Jadwal La Nina Tiba di Indonesia, Kapan?
HAIJAKARTA.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap prediksi datangnya La Nina tiba di Indonesia.
Menurut BMKG, fenomena La Nina bakal hadir pada akhir tahun 2025.
Dalam laporan Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Indonesia, BMKG mengungkap bahwa prediksi El Nino Southern Escillation (ENSO) menunjukkan kecenderungan ENSO Netral sepanjang tahun 2025.
“Namun demikian, terdapat sebagian kecil model iklim global yang memprediksi akan datangnya La Nina lemah di akhir tahun 2025,” kata BMKG.
La Nina merupakan fenomena saat Suhu Muka Laut (SML) di bagian tengah Samudra Pasifik mengalami pendinginan di bawah kondisi normal.
Akibatnya, pertumbuhan awan di wilayah Pasifik berkurang, sedangkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia justru meningkat.
Berbeda dengan El Nino yang ditandai dengan suhu tinggi pada Samudra Pasifik di sekitar ekuator, La Nina ditandai dengan suhu yang rendah.
BMKG menjelaskan kondisi La Nina tersebut bisa berkontribusi pada peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia.
Sementara, Indian Ocean Dipole (IOD) saat ini berada pada fase Negatif dan diprediksi akan bertahan hingga November 2025.
Puncak Musim Hujan 2025/2026
BMKG juga mengungkapkan puncak musim hujan periode 2025/2026.
Diprediksi puncak musim hujan terjadi pada November hingga Desember untuk wilayah Indonesia barat.
Sedangkan, Januari hingga Februari untuk wilayah selatan dan timur.
“Musim hujan diprediksi berlangsung dari Agustus 2025 hingga April 2026, dengan puncak hujan yang bervariasi, sebagian besar terjadi pada November-Desember 2025 di Sumatera dan Kalimantan, serta Januari-Februari 2026 di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.
Sifat musim hujan pada 2025/2026 diperkirakan berada pada kategori normal dengan curah sekitar 69,5%,
Namun, ada beberapa wilayah yang berpotensi mengalami musim hujan di atas normal, misalnya Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, dan beberapa wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua.
“Dengan kondisi ini, potensi ancaman bahaya hidrometeorologi yang dapat menyebabkan dampak seperti banjir, banjir bandang, genangan air, tanah longsor, dan angin kencang tetap perlu diwaspadai, terutama pada wilayah dengan prediksi curah hujan atas normal,” kata Dwikorita.