Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA.ID – Kisah awal mula siswa SD naik KRL dari Tangerang ke Jakarta Timur menarik perhatian publik setelah video seorang bocah bernama Hafitar beredar luas.

Bocah berseragam merah-putih itu terlihat menaiki KRL dari stasiun dekat rumahnya di Parung Jaya, Tangerang, menuju Stasiun Klender, Jakarta Timur, demi berangkat sekolah setiap pagi.

Meski masih duduk di bangku SD, gelagat Hafitar tidak seperti anak seusianya. Ia tampak terbiasa berbaur dengan para pekerja yang memenuhi peron pada jam-jam sibuk.

Untuk mencapai sekolah, Hafitar harus transit di Stasiun Tanah Abang sebelum melanjutkan perjalanan ke Klender, dengan total hampir dua jam perjalanan setiap harinya.

Disdik Bongkar Awal Mula Siswa SD Naik KRL dari Tangerang ke Jakarta Timur

Kepala Satuan Pelaksana Pendidikan Kecamatan Duren Sawit, Farida Farhah, mengungkap awal mula siswa SD naik KRL dari Tangerang ke Jakarta Timur itu terjadi karena perubahan kondisi keluarga.

Ia menuturkan bahwa sebelumnya Hafitar tinggal di Klender bersama ibunya, dekat dengan sekolah.

Namun, segalanya berubah ketika ayah Hafitar meninggal dunia dan sang ibu mendapatkan pekerjaan sebagai ART di Tangerang.

“Ibunya harus mencari penghasilan, dan pekerjaan itu baru diperoleh beberapa bulan lalu, sehingga mereka pindah,” ujar Farida.

Awalnya, ibu Hafitar selalu mengantar-jemput anaknya menggunakan KRL.

Tetapi setelah Hafitar dianggap cukup mandiri dan hafal rute, ia mulai diperbolehkan bepergian sendiri.

Untuk memastikan keselamatan perjalanan, ibu Hafitar membekali putranya kartu Commuter Line, kartu JakLingko, serta berkoordinasi dengan petugas di Stasiun Parung Panjang, Tanah Abang, dan Buaran.

Meski begitu, jarak yang jauh membuat pihak sekolah sempat cemas.

Farida menjelaskan bahwa jauh sebelum cerita ini viral, pihak sekolah sebenarnya sudah menyarankan perpindahan sekolah pada semester berikutnya.

Namun Hafitar menolak karena merasa nyaman dengan lingkungan sekolahnya. Menurut Farida, Hafitar mengatakan ia menyukai guru-guru serta teman-temannya, sehingga enggan pindah.

Sejumlah orang tua murid bahkan menawarkan tempat tinggal sementara, tetapi tawaran tersebut berkali-kali ditolak oleh ibunya.

Setelah video perjalanan Hafitar viral, pihak sekolah akhirnya mengambil inisiatif untuk membantu perawatan bersama.

Pada hari Minggu, Hafitar akhirnya bersedia tinggal sementara di rumah salah satu teman sekolahnya.

Farida menambahkan bahwa Hafitar baru sekitar satu minggu benar-benar berangkat sekolah sendiri menggunakan KRL sebelum video tersebut beredar luas.

Sebelumnya, ibunya masih rutin mendampingi.

Menurut Farida, ibunda Hafitar sudah menyiapkan seluruh kebutuhan perjalanan dan memastikan rute yang ditempuh aman.

Mulai dari kartu perjalanan, koordinasi petugas, hingga kontak darurat sudah disiapkan.

Rencana Pemindahan Sekolah

Melihat kondisi perjalanan yang berat bagi murid kelas 1 SD, pihak sekolah dan ibunda Hafitar akhirnya sepakat untuk memindahkannya setelah pembagian rapor.

Farida menyebut bahwa proses pemutasian akan dilakukan sekitar dua minggu lagi.

Ia menekankan bahwa keputusan ini diambil agar Hafitar tidak lagi harus menjalani perjalanan panjang setiap hari.