Harga Cabai Rawit Merah di Jakarta Meroket, Bapanas Ungkap Penyebab dan Langkah Stabilisasi di Jakarta
HAIJAKARTA.ID – Harga cabai belakangan melonjak tajam, terutama cabai rawit merah.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) menjelaskan, komoditas hortikultura seperti sayuran dan cabai memang sangat sensitif terhadap perubahan cuaca.
Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Bapanas, Maino Dwi Hartono, mengatakan kondisi cuaca, terutama hujan, kerap memengaruhi proses panen cabai.
Saat hujan turun, petani biasanya menunda panen atau hasil petikannya tidak sebanyak saat cuaca normal.
“Khusus cabai, ini agak berbeda. Begitu perubahan cuaca, misalnya hujan, biasanya para petani tidak memetik atau petikannya tidak sebanyak kalau kondisi normal,” ujar Maino dalam keterangannya, Selasa (16/12/2025), dikutip dari Detik.
Ia menjelaskan, pada musim hujan di wilayah sentra produksi, volume panen yang menurun membuat harga cabai ikut terkerek naik.
Namun, Maino optimistis harga akan kembali stabil seiring membaiknya kondisi cuaca.
“Solusinya bagaimana produksi-produksi cabai di daerah-daerah sentra ini bisa dimobilisasi untuk ke daerah-daerah yang kekurangan,” pungkasnya.
Harga Cabai Rawit Merah di Jakarta Meroket
Untuk menekan gejolak harga cabai di Jakarta, Badan Pangan Nasional (Bapanas) memfasilitasi kerja sama business to business (B2B) agar pedagang besar di ibu kota bisa membeli cabai langsung dari petani di Aceh Tengah.
Rata-rata, pasokan yang dimobilisasi mencapai 13 ton per hari. Cabai tersebut kemudian disalurkan ke sejumlah pasar induk, mulai dari Pasar Induk Senen, Kramat Jati, Tanah Tinggi, Cibitung, hingga Pasar Induk Caringin di Bandung.
Selain Aceh Tengah, Bapanas juga mencatat masih ada beberapa daerah sentra produksi cabai dengan harga yang relatif terjangkau, seperti Kabupaten Jeneponto, Enrekang, dan Wajo di Sulawesi Selatan.
Potensi ini akan kembali ditindaklanjuti bersama Kementerian Pertanian melalui penjajakan mobilisasi stok ke daerah yang membutuhkan.
Maino mengakui, distribusi cabai kerap menghadapi kendala, terutama akibat faktor cuaca yang dapat mengganggu pasokan dan berdampak pada kenaikan harga.
“Memang ada tantangan distribusi karena faktor cuaca dan sebagainya, yang kemudian bisa menyebabkan terganggu pasokan dan ujungnya terkoreksi harga tadi. Nah tapi kita terus lihat perkembangannya day per day secara nasional,” sebut Maino.
Meski demikian, Bapanas terus memantau perkembangan harga dan ketersediaan cabai setiap hari di seluruh wilayah Indonesia.
Ia menambahkan, program kerja sama antar daerah sebenarnya sudah berjalan dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, distribusi dari wilayah sentra ke daerah non-sentra tetap membutuhkan peran aktif pemerintah daerah, terutama dalam membantu biaya distribusi dan transportasi.
Langkah ini diharapkan bisa membantu masyarakat mendapatkan bahan pangan dengan harga yang lebih terjangkau.
Sementara itu, berdasarkan data Panel Harga Pangan per Selasa, 16 Desember 2025, rata-rata nasional harga cabai rawit merah tercatat melonjak hingga Rp72.162 per kilogram.
Harga tertinggi terjadi di Papua Barat Daya yang menembus Rp145.000 per kilogram, sedangkan harga terendah tercatat di Sulawesi Selatan sebesar Rp47.654 per kilogram.
Di sejumlah wilayah besar, harga cabai rawit merah juga terpantau tinggi.
Di DKI Jakarta mencapai Rp96.429 per kilogram, Banten Rp85.000 per kilogram, DI Yogyakarta Rp76.000 per kilogram, Jawa Tengah Rp70.149 per kilogram, dan Jawa Timur Rp66.723 per kilogram.
