Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang, Ahli Ingatkan Pentingnya Rambu Peringatan di Titik Rawan
HAIJAKARTA.ID – Dua kecelakaan yang terjadi berdekatan waktunya di Tol Cipularang kembali membuka mata soal betapa pentingnya sistem peringatan dini bagi pengemudi, terutama di ruas jalan yang punya kontur naik-turun dan tikungan tajam.
Insiden pertama terjadi pada 29 November 2025, disusul kecelakaan berikutnya pada 2 Desember 2025.
Instruktur sekaligus pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, menilai salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah memperbaiki kualitas rambu peringatan di titik-titik rawan.
Ia menyebut rambu yang ada saat ini belum cukup efektif mengingatkan pengendara.
Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang
Banyak pengemudi melaju dengan kecepatan tinggi, sehingga rambu berukuran kecil sulit terlihat dari jarak jauh.
“Dalam perbaikan ini kalau kita tidak bisa mengubah infrastruktur maka rambu-rambu lalu lintas,” ujar Jusri, Rabu (3/12/2025), dikutip dari Kompas.
“Rambu lalu lintas yang mengingatkan kepada pengendara terhadap kontur-kontur tanah (jalan) tadi baik elevasi jalan nanjak ataupun turun atau di tikungan yang berupa camber baik itu camber positif atau negatif itu harus disampaikan,” katanya.
Menurutnya, rambu-rambu tersebut harus benar-benar mampu memberi informasi soal kondisi jalan, mulai dari tanjakan, turunan, hingga tikungan dengan camber positif atau negatif.
Rambu Peringatan di Titik Rawan
Jusri juga menekankan bahwa penyampaiannya tak bisa hanya mengandalkan rambu statis di pinggir jalan.
“Sebaiknya bukan berupa rambu statik berupa tanda yang ada di bawah jalan harusnya letaknya di atasnya tergantung di atas kepala seperti penunjuk arah gitu,” katanya.
Dengan rambu yang dipasang menggantung seperti papan penunjuk arah, pengemudi bisa menangkap informasi lebih cepat dan lebih jelas, terutama ketika sedang melaju dalam kecepatan tinggi.
“Misalnya dibuat seperti rambu jalur exit tol, jadi berupa peringatan. Buat peringatan yang besar seperti hati-hati, antisipasi gaya apa atau dengan bahasa yang jelas untuk memperingatkan pengemudi,” ujarnya.
Menurut Jusri, rambu besar yang dipasang tepat di atas lajur akan jauh lebih efektif karena memberi cukup waktu bagi pengendara untuk bersiap menghadapi kondisi jalan selanjutnya.
Ia juga menyebut rambu peringatan bisa dibuat lebih spesifik sesuai jenis kendaraan tertentu.
“Misalnya kalau ditujukan kepada angkutan umum (bus dan truk) yang selalu berulah tidak berada di lajurnya yang mengambat kecepatan sehingga orang harus merubah kecepatan tiba-tiba.” kata Jusri.
Intinya, rambu bukan hanya sekadar penanda, tetapi harus menjadi alat komunikasi yang menyampaikan pesan yang jelas, tegas, dan mudah dipahami oleh setiap pengemudi.
