Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA.ID – Penemuan mayat di puncak Gunung Ciremai jalur Linggajati menghebohkan para pendaki dan warga sekitar.

Penemuan tersebut terjadi pada Rabu (29/10/2025) dan membuat pihak Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) langsung menutup sementara jalur pendakian Linggajati guna memperlancar proses evakuasi.

Kebijakan penutupan jalur itu tertuang dalam surat pengumuman resmi bernomor PG.43/T.33/TU/KSA/13/10/2025 yang diterbitkan TNGC pada Kamis (30/10/2025).

Surat tersebut ditandatangani langsung oleh Kepala Balai TNGC, Toni Anwar.

Proses Evakuasi Mayat di Puncak Gunung Ciremai Jalur Linggajati

Dalam surat pengumuman itu disebutkan bahwa penutupan dilakukan untuk mendukung kegiatan evakuasi dan penyelidikan lebih lanjut terkait penemuan mayat di puncak Gunung Ciremai jalur Linggajati oleh Tim Smart Patrol TNGC.

Penutupan jalur pendakian berlaku mulai tanggal 30 Oktober hingga 6 November 2025.

Jalur tersebut dijadwalkan akan kembali dibuka untuk umum pada 7 November 2025, setelah seluruh proses investigasi dan evakuasi selesai dilakukan.

Humas TNGC, Ady Sularso, mengonfirmasi kebenaran surat pengumuman tersebut.

Ia menegaskan bahwa langkah itu diambil semata-mata untuk memperlancar proses evakuasi dan menjamin keselamatan para pendaki.

“Benar, untuk sementara jalur ditutup agar proses evakuasi bisa berjalan lancar. Semua informasi juga sudah kami sampaikan melalui surat pengumuman resmi,” ujar Ady saat dihubungi, Kamis (30/10/2025).

Dugaan Awal dan Langkah Penyelidikan

Pihak TNGC belum memberikan keterangan terkait identitas korban maupun penyebab kematian.

Mayat tanpa identitas itu pertama kali ditemukan oleh tim patroli saat melakukan pemeriksaan rutin di area puncak Gunung Ciremai.

Saat ini, tim gabungan dari TNGC, Basarnas, dan pihak kepolisian masih melakukan proses evakuasi yang cukup sulit karena medan di sekitar puncak sangat terjal dan berkabut tebal.

“Lokasi penemuan berada di area yang cukup ekstrem, jadi kami fokus dulu pada proses evakuasi,” kata salah satu petugas lapangan yang enggan disebut namanya.

Jalur Pendakian Lain Tetap Dibuka

Meski jalur Linggajati Gunung Ciremai ditutup, jalur pendakian lainnya seperti Palutungan dan Apuy masih tetap beroperasi dengan pengawasan ketat.

Pendaki diimbau tetap mengikuti aturan keselamatan dan tidak mencoba naik melalui jalur yang sedang ditutup.

Pihak TNGC juga mengingatkan masyarakat agar menunggu hasil resmi dari penyelidikan kepolisian terkait penemuan mayat di kawasan puncak Gunung Ciremai.

Jenis Pendakian di Gunung Ciremai

Gunung Ciremai memiliki sejumlah jalur pendakian populer yang tersebar di wilayah Majalengka dan Kuningan.

Setiap jalur menawarkan karakteristik, tantangan, serta pemandangan berbeda yang menarik minat pendaki dari berbagai daerah. Berikut penjelasannya:

1. Jalur Apuy

Jalur Apuy berada di sisi barat Gunung Ciremai, tepatnya di Desa Argamukti, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka.

Jalur ini termasuk yang paling ramai digunakan karena aksesnya mudah dijangkau.

Dari Terminal Majalengka, pendaki dapat melanjutkan perjalanan menggunakan mobil pick-up menuju basecamp Apuy.

Sepanjang jalur ini, pendaki akan disuguhi keindahan alam khas pegunungan, seperti hamparan bunga edelweiss dan Goa Walet yang menjadi salah satu spot ikonik.

Tingkat kesulitannya tergolong sedang, dengan waktu tempuh menuju puncak sekitar delapan jam.

2. Jalur Palutungan

Terletak di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jalur Palutungan juga menjadi favorit para pendaki. Jalur ini masih berada di kawasan wisata alam Palutungan sehingga fasilitas dan aksesnya relatif mudah.

Jalur Palutungan terdiri dari tujuh pos pendakian dan akan bertemu dengan Jalur Apuy di Goa Walet sebelum menuju puncak. Meski tidak terlalu ekstrem, waktu pendakiannya memakan waktu sekitar sembilan jam.

3. Jalur Linggajati

Berada di Desa Linggasana, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jalur Linggajati dikenal memiliki rute panjang dan menantang.

Jalur ini terletak di bagian utara Kuningan dan menjadi salah satu pintu pendakian tertua di Gunung Ciremai.

Untuk mencapai puncak, pendaki membutuhkan waktu sekitar 12 jam perjalanan.

Jalur ini cocok bagi pendaki berpengalaman yang ingin menikmati sensasi menaklukkan rute klasik Gunung Ciremai.

4. Jalur Linggasana

Jalur Linggasana posisinya bersebelahan dengan Jalur Linggajati dan masih berada di wilayah Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan.

Akses menuju basecamp cukup mudah karena telah dikelola dengan baik oleh masyarakat setempat.

Rutenya hampir serupa dengan Linggajati, namun sedikit lebih pendek.

Pendaki biasanya memerlukan waktu sekitar 10 jam untuk sampai di puncak. Jalur ini menawarkan pemandangan hutan yang masih asri serta suasana pendakian yang lebih sepi dibandingkan jalur lain.

5. Jalur Sadarehe

Jalur Sadarehe terletak di kawasan wisata Sadarehe, Desa Payung, Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka.

Jalur ini masih tergolong baru dan belum sepenuhnya dikelola secara resmi oleh pihak Taman Nasional Gunung Ciremai.

Pendaki yang ingin mencoba jalur ini diwajibkan melapor terlebih dahulu kepada pihak TNGC.

Biasanya, pendakian dilakukan bersama pemandu lokal yang berpengalaman untuk memastikan keamanan selama perjalanan.