Menkes Budi Soroti Warga RI Lebih Percaya Medis Malaysia dan Thailand, Ini Alasannya
HAIJAKARTA.ID – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyoroti kebiasaan banyak warga Indonesia yang lebih memilih berobat ke Malaysia atau Thailand.
Menurutnya, fenomena ini menunjukkan bahwa layanan kesehatan dalam negeri masih belum sepenuhnya mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Hal tersebut ia sampaikan dalam forum nasional yang digelar Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) di The Grand Platinum Hotel, Jakarta, Selasa (25/11).
“Kalau misalnya masih lebih banyak orang Indonesia merasa bahwa tenaga medis atau kesehatan Malaysia lebih bagus, kenyataannya orang Indonesia banyak ke sana kan,” ujarnya, dikutip dari Kumparan.
Alasan Warga RI Lebih Percaya Medis Malaysia dan Thailand
Budi juga mencontohkan layanan transplantasi sumsum tulang yang masih banyak dicari ke Thailand.
“Orang bone marrow transplant di Indonesia, enggak, kita perginya ke Thailand.” katanya.
Transplantasi sumsum tulang sendiri adalah prosedur untuk mengganti sel punca yang rusak dengan sel punca sehat agar fungsi sumsum tulang bisa kembali normal.
Budi menilai kondisi ini sebagai kenyataan yang harus dihadapi dan dijadikan bahan evaluasi, bukan untuk disangkal.
“Itu artinya orang, di persepsi masyarakat Indonesia, di sana lebih bagus. Kita harus menerima itu dan pakai itu sebagai koreksi untuk perbaikan diri, bukan untuk denial,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa keberhasilan layanan kesehatan bisa dilihat dari pengakuan masyarakat luas, bahkan internasional.
Ia membayangkan kondisi ideal ketika negara-negara ASEAN justru menjadikan Indonesia sebagai tujuan berobat, seperti warga Australia yang datang ke Bali untuk perawatan gigi, atau orang Singapura yang memilih Batam untuk layanan estetika.
“Kalau benar semua orang ASEAN sakit pun ke Indonesia, nah itu baru bagus. Saya sudah dengar orang Australia kalau beres-beresin gigi sudah datang ke Bali. Orang Singapura kalau mau estetik, datangnya ke Batam. Itu kan sudah menunjukkan tren bagus,” ungkapnya.
Budi kemudian mempertanyakan apakah Indonesia sudah cukup dipercaya untuk menangani penyakit berat.
“Sekarang sudah bisa enggak kalau sakit kanker ke Indonesia? Bisa enggak kalau ada sakit jantung, orang Filipina itu lebih baik terbang ke Manado?” ujarnya. Menurutnya, itulah indikator bahwa kualitas layanan kesehatan benar-benar diakui.
Ia juga menyinggung berbagai keluhan yang masih terjadi di dalam negeri, termasuk kasus pasien yang berpindah-pindah rumah sakit hingga meninggal di Papua.
Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan fasilitas, SDM, dan pembiayaan harus terus dilakukan.
“Ya itu kita mesti introspeksi diri, artinya memang ada yang harus kita beresin ini. Mulai dari fasilitasnya, SDM-nya, pembiayaannya, kita harus beresin. Dan kita harus beresin itu bersama-sama,” tegasnya.
Dalam konteks itu, Budi menekankan pentingnya peran KKI untuk menjaga kualitas 2,15 juta tenaga medis dan tenaga kesehatan di Indonesia.
“Benar-benar kita harus bangun ini mutu dari tenaga medis dan tenaga kesehatan, minimal sama di ASEAN. Harusnya yang terbaik di ASEAN,” pungkasnya.
