sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA.ID- Sejarah Gereja Katedral Jakarta yang jadi salah satu ikon keberagaman agama yang ada di Indonesia.

ini merupakan warisan budaya, yang secara resmi disebut De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming, atau Gereja Diangkat ke Surga Perawan Maria Diangkat ke Surga.

Bangunan ini dibangun sesuai dengan gaya arsitektur Neo-Gotik Eropa yang biasa digunakan untuk membangun gereja beberapa abad yang lalu.

Sejarah Gereja Katedral Jakarta

Sejarah Gereja Katedral Jakarta sebagai bangunan cagar budaya. Gereja ini dibangun pada tahun 1807 dan sekaligus menjadi awal penyebaran aktivitas misionaris dan perkembangan Gereja Katolik Roma di nusantara.

Gereja ini dibangun di atas tanah milik pemerintah Batavia yang dipinjamkan kepada pendeta Nelissen.

Bangunan tersebut tidak bertahan lama, karena pada tanggal 27 Juli 1826 terjadi kebakaran hebat di kawasan Senen Pasca kejadian tersebut,

Umat Katolik menemukan tempat baru untuk penggunaan gereja, yakni kediaman resmi Gubernur Jenderal yang dikosongkan di bawah naungan Komisaris Jenderal Du Bus de Gisignies.

Namun penghakiman kembali terjadi, yakni pada tanggal 31 Mei 1890, gereja tersebut runtuh tepat tiga hari setelah kebaktian Paskah.

Ada yang unik pada Gereja Katedral Jakarta, yakni dibangunnya dua menara di kiri dan kanan yang memiliki makna berbeda.

Menara sebelah kiri dinamakan Menara Daud, diambil dari kisah nabi Daud yang kuat, sehingga tujuannya adalah untuk melindungi umatnya dari segala kejahatan.

Sedangkan menara kedua dinamakan Menara Gading, nama menara ini diambil dari kemurnian Perawan Maria dan warnanya yang putih gading.

Hal unik lainnya yang menjadikan Gereja Katedral Jakarta sebagai salah satu ikon nasional Denmark Universitas Jember adalah letak gereja ini tepat di seberang Masjid Istiqal Jakarta.

Karena letaknya yang berdekatan, kedua bangunan ini menjadi simbol toleransi beragama di Indonesia.

Simbolisme ini terpenuhi ketika Idul Fitri jatuh pada hari Minggu, gereja meniadakan sholat subuh dan menggantikannya, sehingga membantu umat Islam merayakan hari raya tersebut.

Begitu pula dengan jemaah Istiqlal yang sengaja menyediakan tempat parkir khusus untuk jemaah Katedral saat perayaan Natal.

Tonggak Sejarah Peristiwa Janji Pemuda

Selain itu, Gereja Katedral Jakarta juga berperan penting dalam tonggak sejarah negara Indonesia yaitu peristiwa Janji Pemuda.

Sehari sebelum Sumpah Pemuda, yaitu 27 Oktober 1928, diadakan Kongres Pemuda Kedua di Gedung Komunikasi Sosial Katholieke (KSB, Persatuan Sosial Katolik) di halaman Katedral Jakarta.

Guna memperdalam nilai perjuangan dan peran gereja katedral dalam sejarah Indonesia, pada tanggal 28 Oktober 2019 telah dilakukan survei video dengan topik “Halo Pemuda Indonesia” yang menampilkan pemandangan Sukarno, Hatta dan Budi Utomo.

Sejarah Gereja Katedral Jakarta
Ilustrasi Gereja Katedral dulu dan sekarang (foto: Facebook.com)

Pembangunan Gereja Baru Perencanaan dan Arsitektur

Setelah kebakaran, diputuskan untuk membangun gereja baru yang lebih megah.

Arsitek Belanda M.J. Hulswit ditunjuk untuk mendesain gedung baru dengan gaya Neo-Gotik dan peletakan batu pertama dilakukan pada tahun 1891.

Pembangunan gereja ini memakan waktu sekitar 10 tahun dan gereja baru selesai dibangun pada tahun 1901.

Katedral Jakarta dibangun dengan gaya arsitektur Neo-Gotik, bercirikan menara tinggi, jendela kaca patri, dan dekorasi rumit.

Gereja ini memiliki tiga menara utama. Menara tengah disebut “Menara Benteng Daud” dan dua menara lainnya disebut “Menara Gading” dan “Menara Daud”.

Bagian dalam gereja dihiasi dengan dekorasi khas Gotik, altar megah, dan patung suci.

Sejarah Gereja Katedral Jakarta
Ilustrasi Gereja Katedral (foto: Jakarta toursim.go.id)

Peran Gereja Katedral Jakarta

Berfungsi sebagai pusat peribadatan Katolik di Jakarta, Gereja ini sering digunakan untuk misa harian, misa hari minggu dan masih banyak perayaan keagamaan lainnya.

Gereja Katedral juga merupakan pusat Keuskupan Agung Jakarta, sehingga berperan penting dalam administrasi dan kegiatan keagamaan di wilayah tersebut.

Katedral Jakarta telah mengalami beberapa kali renovasi untuk mempertahankan keindahan dan kekuatannya.

Salah satu inovasi terbesar dilakukan pada tahun 1988, walaupun struktur asli gereja tetap dipertahankan, beberapa bagian gereja dimodernisasi untuk memenuhi kebutuhan jemaat saat ini, seperti pemasangan sistem tata suara dan pencahayaan yang lebih baik.

Katedral Jakarta terletak di sebelah masjid terbesar di Asia Tenggara, Masjid Istiqlal. Kedekatan fisik kedua tempat ibadah ini kerap dianggap sebagai simbol toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Gereja ini menjadi pusat perayaan besar Katolik seperti Natal, Paskah dan perayaan lainnya. Setiap tahun ribuan umat paroki berkumpul di sini untuk merayakan hari raya ini.

Selain tanggung jawab keagamaan, Gereja Katedral Jakarta juga aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, termasuk amal, pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Gereja Katedral Jakarta tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai monumen bersejarah yang mencerminkan perkembangan agama Katolik di Indonesia serta semangat toleransi dan keberagaman yang dianut masyarakat Indonesia.