HAIJAKARTA.ID – Bagi jemaah haji yang belum bisa beradaptasi dengan makanan asli di Madinah, kini tidak perlu kawatir lagi.
Sebab perusahaan katering makanan jemaah haji Indonesia memastikan menu yang disajikan sudah sesuai dengan cita rasa orang Indonesia.
Nooha, salah satu perusahaan katering yang menangani makanan jemaah haji di Madinah yang pemiliknya ternyata masih memiliki darah Indonesia yaitu Abu Abdurrahman, siap hidangkan makanan khas dengan cita rasa nusantara.
“Bumbu untuk memasak saya datangkan langsung dari Indonesia dan juru masaknya juga merupakan orang Indonesia serta para pekerja di sini pun didominasi oleh orang Indonesia,” jelas Abdurrahman.
Dengan demikian, cita rasa masakan Indonesia selalu terjaga. Permintaan ini juga datang dari Kementerian Agama yang mengharuskan penggunaan bumbu dan juru masak dari Indonesia.
Dapur Nooha memiliki tim Quality Control (QC) untuk memastikan kebersihan dan kualitas makanan.
Sebelum makanan ini dibagikan kepada seluruh jemaah, harus melewati QC.
“Hal ini dalam rangka menjaga kehigienisan makanan tersebut,” tambahnya.
Tidak hanya itu, contoh makanan juga diantar ke Kantor Urusan Haji Indonesia di Madinah untuk dicek oleh tim PPIH Arab Saudi. Jika ada yang kurang layak, informasi tersebut langsung disampaikan kepada pihak katering.
Perusahaan katering juga menyediakan dua jenis menu: satu menu reguler dan satu menu khusus untuk lansia.
Hal ini dikarenakan terdapat sekitar 45 ribu jemaah Indonesia yang masuk kategori lansia.
Setiap hari, katering menyediakan 80 persen masakan reguler dan 20 persen masakan untuk lansia.
Kepala Seksi Katering PPIH Arab Saudi Daerah Kerja Madinah, Musta’in, mengatakan bahwa Nooha adalah salah satu dari 21 perusahaan katering yang menangani makanan jemaah haji Indonesia.
“Kami tes semua katering untuk memasak sesuai menu yang kami pilih. Dan kami mengecek satu per satu dapurnya,” ucap Musta’in.
Setiap perusahaan katering diwajibkan memiliki dua orang juru masak asli Indonesia untuk menjaga stamina mereka.
“Kalau hanya satu juru masak, kami khawatir akan kewalahan. Dan pada akhirnya menu jadi tidak sesuai pesanan,” pungkasnya.
Menurut Musta’in, pihak katering wajib memasak menu masakan Indonesia untuk menghindari risiko jemaah harus beradaptasi dengan makanan asing yang mungkin tidak cocok di lidah mereka.
Kalau tidak cocok dengan makanannya, hal yang paling ditakutkan adalah jemaah tidak makan dan kemudian staminanya menjadi drop.
Makanan di Madinah disediakan mulai dari makanan selamat datang, tiga kali makan sehari, hingga makanan perpisahan.
Makanan tersebut diantar langsung ke kamar-kamar jemaah haji, dengan kotak yang sudah diberi penjelasan tentang batas waktu makanan itu dikonsumsi.
Jemaah diimbau untuk tidak makan makanan yang sudah melewati batas waktu konsumsi.
Hingga kini, sebanyak 36 kloter jemaah haji telah tiba di Madinah.
Para jemaah haji sudah banyak yang beraktivitas di Masjid Nabawi, dengan hotel mereka yang rata-rata tidak jauh dari Masjid Nabawi.
Hal ini sangat membantu jemaah untuk menjalankan salat lima waktu di masjid yang dibangun oleh Rasulullah SAW tersebut.