sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Haijakarta.id
Follow

HAIJAKARTA.ID – Ada beberapa hal yang direkomendasikan dokter bedah untuk tak dilakukan karena berakibat timbulnya cedera saat pasca khitan.

Prosedur khitan atau sunat adalah salah satu tindakan medis yang sering dilakukan baik atas alasan agama, budaya, maupun kesehatan.

Namun, proses pemulihan pasca khitan memerlukan perhatian khusus untuk mencegah komplikasi dan memastikan penyembuhan yang optimal.

Dokter bedah anak subspesialis bedah digestif, dr. Yessi Eldiyani, Sp.B.A., Subsp. D.A., (K), memberikan beberapa saran penting untuk pasien yang baru dikhitan.

Dr. Yessi menyarankan pasien yang baru saja menjalani khitan untuk menghindari aktivitas yang dapat menimbulkan gesekan seperti naik sepeda, naik motor, atau menunggang kuda selama satu pekan.

Gesekan yang terjadi saat melakukan aktivitas tersebut dapat menyebabkan luka jahitan terbuka kembali, sehingga memperlambat proses penyembuhan saat pasca khitan.

“Kami menghimabu bagi seseorang yang telah dikhitan dan masih ada luka jahit, sebaiknya tidak bersepedah terlabih dahulu sebab ditakutkan jahitan yang belum kering tersebut kembali terbuka. Jahitan bisa kembali terbuka karena ada gesekan dengan sadel,” ujar keterangan dari dr. Yessi, Selasa (2/7/2024).

Selain itu, dr. Yessi yang merupakan anggota Perkumpulan Spesialis Bedah Anak Indonesia (Perbani), juga menyarankan penggunaan celana dalam yang lebih longgar atau celana dalam khusus sunat untuk mengurangi tekanan pada area yang baru dikhitan.

Kebersihan Pasca Khitan

Kebersihan setelah khitan sangat penting untuk mencegah infeksi.

Dr. Yessi menyarankan agar sisa air setelah berkemih dibersihkan dengan tisu atau kasa, terutama pada tiga hari pertama setelah disunat.

Reaksi Jangka Pendek Pasca Khitan

Dr. Yessi menjelaskan bahwa beberapa reaksi jangka pendek seperti rasa ngilu pada kepala penis adalah hal yang wajar dan tidak membahayakan.

Rasa ngilu ini terjadi karena kepala penis menjadi lebih sensitif terhadap sentuhan atau kontak dengan celana dalam.

Rasa ini akan berangsur-angsur berkurang dalam kurun waktu dua hingga empat minggu.

Menurut dr. Yessi, dari sisi medis tidak ada usia tertentu yang dipandang optimal untuk melakukan prosedur khitan.

Jika tidak ada masalah atau indikasi medis tertentu, khitan dapat dilakukan kapan saja.

Saat ini, semakin banyak orang tua yang membawa anaknya untuk dikhitan sejak dini, bahkan sebelum usia satu tahun, untuk meminimalkan risiko infeksi saluran kemih.

Kondisi Medis yang Tidak Disarankan untuk Khitan

Namun, dr. Yessi mengingatkan bahwa ada beberapa kondisi medis tertentu yang tidak disarankan untuk melakukan tindakan khitan karena dapat berisiko terjadinya komplikasi.

Kondisi tersebut antara lain:

1. Hipospadia

Kondisi di mana posisi lubang kencing tidak berada di ujung penis.

2. Kelainan Pembekuan Darah

Seperti hemofilia dan anemia aplastik.

Konsultasi dengan Dokter

Dr. Yessi yang berpraktik di RS Pondok Indah Bintaro Jaya, menekankan pentingnya konsultasi dengan dokter apabila terdapat kelainan organ atau kondisi medis tertentu pada anak.

Tindakan khitan sebaiknya dilakukan di rumah sakit bersama dokter spesialis bedah umum atau dokter spesialis bedah anak untuk memastikan prosedur berjalan aman dan optimal.