Jadwal Buka Kembali Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia Setelah Libur Idul Adha, Cek Lengkapnya!

HAIJAKARTA.ID- Jadwal buka kembali perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia setelah libur Idul Adha, begini jadwal lengkapnya!
Setelah memasuki masa libur nasional dalam rangka memperingati Hari Raya Iduladha 1446 Hijriah yang jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025, dan cuti bersama yang ditetapkan pemerintah pada Senin, 9 Juni 2025.
Kegiatan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sempat dihentikan sementara akan kembali dibuka dan berlangsung secara normal mulai hari Selasa, 10 Juni 2025.
Jadwal Buka Kembali Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia Setelah Libur Idul Adha
Sesuai dengan jadwal resmi yang tercantum dalam kalender bursa tahun 2025, libur perdagangan pasar modal pada periode tersebut berlangsung selama dua hari kerja.
Libur pertama jatuh pada hari Jumat bertepatan dengan Hari Raya Iduladha, yang merupakan hari besar keagamaan umat Islam dan ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Kemudian, hari Senin ditetapkan sebagai cuti bersama oleh pemerintah untuk memberi kesempatan lebih luas bagi masyarakat, khususnya para investor dan pelaku pasar, dalam menjalani libur panjang bersama keluarga.
Selain kedua hari tersebut, akhir pekan pada Sabtu dan Minggu (7-8 Juni 2025) merupakan hari libur reguler di mana aktivitas perdagangan di bursa memang tidak dilaksanakan sebagaimana biasanya.
Dengan demikian, dalam minggu kedua bulan Juni 2025, aktivitas perdagangan saham di BEI hanya akan berlangsung selama empat hari efektif, yaitu mulai dari hari Selasa (10 Juni 2025) hingga Jumat (13 Juni 2025).
Ini menjadikan minggu tersebut sebagai pekan pendek dalam siklus perdagangan saham nasional.
Sebelum memasuki masa libur panjang tersebut, pada hari perdagangan terakhir yakni Kamis, 5 Juni 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan indikator utama kinerja pasar saham Indonesia, ditutup mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Dalam satu pekan perdagangan, IHSG tercatat melemah sebesar 0,87 persen dan berakhir di level 7.113,42 poin.
Penurunan indeks ini juga berdampak pada kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia, yang mengalami penyusutan.
Berdasarkan data yang dirilis oleh BEI, nilai kapitalisasi pasar pada pekan sebelumnya turun sebesar Rp39 triliun, dari sebelumnya tercatat sebesar Rp12.420 triliun menjadi Rp12.381 triliun.
Selain itu, terdapat pula tekanan dari sisi aktivitas transaksi asing. Dalam kurun waktu empat hari perdagangan terakhir sebelum libur, yakni dari tanggal 2 hingga 5 Juni 2025, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih atau net sell dengan total nilai mencapai Rp4,7 triliun.
Secara kumulatif sejak awal tahun hingga saat ini (year to date/ytd), nilai jual bersih investor asing sudah mencapai angka sebesar Rp49,88 triliun, mencerminkan sikap kehati-hatian investor asing dalam menghadapi berbagai dinamika global maupun domestik.
Menurut penuturan Nafan Aji Gusta, seorang Senior Market Chartist dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, pergerakan pasar saham pada pekan berikutnya akan sangat bergantung pada berbagai sentimen, baik dari dalam negeri maupun dari perkembangan global.
la menjelaskan bahwa dari sisi eksternal, pelaku pasar akan menyoroti perkembangan terbaru dalam hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Terutama karena akan ada pertemuan lanjutan di London yang diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan baru untuk meredakan ketegangan perdagangan kedua negara.
Jika perundingan tersebut berjalan sukses dan menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, maka hal tersebut dapat memberikan sentimen positif bagi pasar modal global, termasuk Indonesia.
Sejumlah Data Ekonomi akan Segera Dirilis Pemerintah
Sementara itu, dari sisi domestik, investor juga akan mencermati sejumlah data ekonomi penting yang akan dirilis pemerintah dalam waktu dekat, salah satunya adalah indeks belanja konsumen atau consumer spending index.
Indeks ini dinilai penting karena mencerminkan daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat, yang menjadi salah satu indikator utama dalam menilai stabilitas ekonomi nasional.
Lebih lanjut, Nafan menambahkan bahwa pelaku pasar cenderung akan mengadopsi pendekatan yang lebih selektif dan hati-hati dalam menentukan arah investasi, terutama di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global.
Oleh karena itu, investor disarankan untuk melakukan analisis fundamental dan teknikal secara mendalam sebelum melakukan transaksi, serta mengamati sektor-sektor saham yang dinilai memiliki prospek pertumbuhan yang solid dan berkelanjutan.