HAIJAKARTA.ID- Penasaran kenapa 22 Juni dipilih menjadi HUT Kota Jakarta, ada apa di tanggal itu?

Hari ulang tahun Kota Jakarta akan segera diperingati pada tanggal 22 Juni 2024 mendatang.

Tahun ini merupakan peringatan HUT ke-497 Kota Jakarta yang sudah berdiri sejak tahun 1527.

Kenapa 22 Juni Dipilih Menjadi HUT Kota Jakarta? Berikut Sejarah Singkat Kota Jakarta

Sejarah Jakarta berawal dari pelabuhan kecil di estuari sungai Ciliwung sekitar 500 tahun lalu yang perlahan bertransformasi menjadi pusat perdagangan internasional.

Rekam jejak Jakarta bisa ditemui melalui beberapa prasasti yang ada di sekitar pelabuhan dan sepanjang sungai Ciliwung.

Menurut catatan pengembara Eropa di abad ke-16, pada waktu itu Jakarta yang ramai disebut sebagai Kalapa merupakan pelabuhan utama kerajaan Sunda.

Pada 22 Juni 1527, pelabuhan yang menjadi pusat perniagaan Portugis itu diserang Pangeran Fatahillah. Sejak itu, Pangeran Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.

Kota Jayakarta juga menjadi tempat perdagangan komoditas antar pedagang dari Cina, India, Arab, Eropa, dan nusantara.

Pada tahun 1619, Jayakarta dihancurkan oleh VOC Belanda di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen. Pemerintah kolonial ini membangun kota baru di bagian barat sungai Ciliwung.

Tanggal penyerangan itulah yang hingga kini diperingati sebagai HUT Kota Jakarta.

Kenapa 22 Juni Dipilih Menjadi HUT Kota Jakarta
Ilustrasi Batavia (foto: Google.com)

Batavia

Pada abad ke-16, VOC Belanda tiba dan mengambil alih kekuasaan atas Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia,  diambil dari nenek moyang bangsa Belanda, Batavieren.

Bangunan Batavia dibangun mirip dengan kota-kota di Belanda. Susunannya lurus dan terpisah kanal. Kawasan Batavia dikelilingi tembok sebagai benteng dan parit sebagai perlindungan.

Dari Batavia Menjadi Djakarta

Sejak dimulainya pendudukan Jepang di Indonesia dampak dari perang Dunia ke-II pada tahun 1942-1945, Batavia berganti nama menjadi Jakarta, atau Jakarta Tokubetsu Shi.

Kata Jakarta sendiri adalah akronim dari Djajakarta (Jayakarta). Perubahan nama tersebut bertujuan untuk menghilangkan pengaruh Belanda di kawasan ini atau de-Nederlandisasi.

Ahli sejarah yang diminta bantuan oleh Sudiro, Dr. Sukanto, menyerahkan naskah berjudul Dari Jayakarta ke Jakarta.

Ia mengira bahwa 22 Juni 1527 merupakan hari yang paling dekat pada kenyataan dibangunnya kota Jayakarta oleh Fatahillah.

Pada saat itu terdapat peristiwa di mana Fatahillah yang merupakan seorang Panglima Kesultanan Banten mengusir para Portugis.

Sebagai bentuk perayaan kemenangannya, Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta sebelum diubah namanya menjadi Jakarta seperti yang sudah kita kenal sekarang.

Tepat pada 22 Juni 1956, Sudiro akhirnya menetapkan tanggal tersebut sebagai hari ulang tahun kota Jakarta dalam sidang pleno.

Sejak saat itu juga setiap tanggal 22 juni diadakan siding istimewa DPRD Kota Jakarta sebagai tradisi dalam memperingati kota Jakarta atau ulang tahun Jakarta.

Saat itu, sebelum tanggal 1959, posisi Jakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Dan saat 1959, status Jakarta mengalami perubahan yang awalnya sebuah kota praja di bawah wali Kota kemudian ditingkatkan jadi Daerah Tingkat Satu yang dipimpin oleh gubernur.

Gubernur pertama adalah Soemarno Sosroatmodjo, dan pada tahun 1961 status Jakarta dirubah kembali dari Daerah Tingkat Satu jadi Daerah Khusus Ibu Kota DKI.

Pemerintahan Jakarta

Saat itu, Jakarta belum disebut secara spesifik di UUD 1945. Baru pada Konstitusi RIS 1949 Pasal 50 ayat 1 dan Undang-Undang Pemerintahan Jakarta Raya, pemerintah membahas kedudukan Jakarta lebih lanjut.

Dalam UU Darurat No. 20 Tahun 1950,  pemerintahan mengatur Ibu Kota Jakarta dan kedudukan Kota Jakarta sebagai daerah yang mengurus rumah tangganya sendiri.